Rechercher dans ce blog

Wednesday, June 23, 2021

Mengapa Hujan Masih Turun meski Musim Kemarau? Ini Penjelasan Lapan - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Memasuki musim kemarau, intensitas hujan justru terpantau masih cukup tinggi di sejumlah daerah.

Tingginya curah hujan bahkan mengakibatkan beberapa wilayah, seperti Jakarta dan Bandung, tergenang banjir.

Mengapa hujan masih turun, meski masih kemarau?

Berikut penjelasan dari peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan):

Baca juga: Musim Kemarau tapi Hujan Masih Turun, Ini Penjelasan BMKG

Penjelasan Lapan

Peneliti Klimatologi dari PSTA Lapan Erma Yulihasti mengatakan, hujan yang masih sering terjadi di wilayah barat Indonesia (Jawa dan Sumatera) sejak awal Juni, terjadi karena pengaruh dinamika laut-atmosfer di Samudera Hindia.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Dia mengatakan, dinamika tersebut terlihat dari pembentukan pusat tekanan rendah, berupa pusaran angin (vorteks) di selatan ekuator, dekat pesisir barat Sumatera dan Jawa.

Menurut Erma, pembentukan vorteks yang sangat intensif di Samudera Hindia sejak awal Juni, diprediksi akan bertahan sepanjang periode musim kemarau.

"Sehingga berpotensi menimbulkan anomali musim kemarau yang cenderung basah sepanjang bulan Juli-Oktober pada tahun ini," kata Erma dikutip dari unggahan akun Instagram Lapan, Selasa (22/6/2021).

Dipole Mode negatif di Samudera Hindia

Erma mengatakan, potensi anomali musim kemarau basah itu juga diperkuat dengan prediksi pembentukan Dipole Mode negatif di Samudera Hindia.

Menurut Erma, fenomena tersebut berpotensi menimbulkan fase basah di barat Indonesia.

Dia menjelaskan, Dipole Mode itu ditandai dengan penghangatan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dekat Sumatera.

"Sedangkan sebaliknya di wilayah dekat Afrika mengalami pendinginan suhu permukaan laut," ujar Erma.

Erma mengatakan, kondisi tersebut mengakibatkan pemusatan aktivitas awan dan hujan terjadi di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera.

"Sehingga berdampak pada pembentukan hujan yang berkepanjangan selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Erma.

Baca juga: Mengapa Cuaca Terasa Panas Akhir-akhir Ini? Ini Penjelasan BMKG

Sisa-sisa La Nina

Erma mengatakan, penghangatan suhu permukaan laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera itu juga merupakan bagian dari feedback response terhadap kondisi di Samudera Pasifik yang saat ini mengalami La Nina.

Namun, menurut dia, saat ini La Nina semakin melemah dan cenderung menuju kondisi netral.

Erma menambahkan, Dipole Mode negatif ini diprediksi hanya berlangsung secara singkat, yaitu dua bulan, Juli-Agustus, sehingga belum memenuhi kriteria Dipole Mode yang secara ilmiah harus terjadi minimal tiga bulan berturut-turut.

Wilayah yang terdampak

Kendati Dipole Mode negatif diprediksi hanya berlangsung singkat, namun eksistensi vorteks dan penghangatan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia diprediksi akan terus berlangsung hingga Oktober.

"Gabungan vorteks dan anomali suhu permukaan laut lokal ini merupakan faktor pembangkit yang menyebabkan anomali musim kemarau cenderung basah pada tahun ini," kata Erma.

Fenomena anomali musim kemarau basah itu akan terjadi, terutama di wilayah Indonesia bagian selatan, meliputi Jawa hingga Nusa Tenggara Timur, dan timur laut yang meliputi wilayah Maluku, Sulawesi, dan Halmahera.

Baca juga: Kenapa Jakarta dan Depok Terasa Dingin? Ini Penjelasan BMKG

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Tangani Dokumen agar Tak Rusak Parah karena Banjir

Adblock test (Why?)


Mengapa Hujan Masih Turun meski Musim Kemarau? Ini Penjelasan Lapan - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...