Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (19/7/2022). Investor tengah memasang mode wait and see, menunggu Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
IHSG dibuka menguat tipis di posisi 6.671,45 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,75% atau 49,8 poin ke 6.709,05 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 5,92 triliun dengan melibatkan lebih dari 11 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG berada di zona hijau dan menguat sangat tipis. Selang 10 menit perdagangan IHSG terpantau berbalik arah ambles dengan koreksi 0,38% ke 6.634,29.
Tak bertahan lama di zona merah, pukul 09:16 WIB IHSG kembali berbalik arah ke zona hijau dengan apresiasi 0,37% ke 6.684,93. Seiring berjalannya perdagangan, IHSG konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama.
Level tertinggi berada di 6.719,22 pukul 10:30 WIB dan level terendah berada di 6.626,25 sekitar pukul 09:10. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 299 unit, sedangkan 184 unit lainnya melemah dan 179 sisanya stagnan.
Sejak awal bulan Juli, bursa Tanah Air cenderung terjebak di rentang 6.600-6.700. Sentimen pergerakan IHSG masih terkait ancaman resesi global turut menyelimuti pasar keuangan Tanah Air.
Ditambah lagi Kegalauan yang terjadi di pasar saham ditengarai karena menunggu keputusan BI apakah akan menaikkan suku bunga atau tetap mempertahankan di 3,5%. Apabila mencermati sinyal yang diberikan oleh MH Thamrin, kemungkinan besar BI akan menahan suku bunga acuan bulan ini.
Namun, di sisi lain aliran modal keluar (outflows) terus terjadi di pasar saham. Dalam sepekan terakhir asing tercatat net sell sebesar Rp 2,32 triliun di pasar reguler.
Sementara itu jika ditarik mundur lebih jauh lagi, investor asing cenderung melepas aset-aset berisiko Tanah Air dengan nilai yang lebih besar. Data perdagangan mencatat, asing membukukan jual bersih di pasar reguler saham mencapai Rp 9,22 triliun.
Dengan tekanan jual yang terjadi di pasar tersebut, nilai tukar rupiah kesulitan untuk menguat dan masih sangat dekat dengan Rp 15.000/US$.
Di lain sisi, investor melihat kemungkinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mulai melunak pada pertemuan bulan ini dibanding perkiraan sebelumnya.
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan The Fed berada di jalur untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuannya di akhir bulan ini, daripada kenaikan 100 bp seperti yang diperkirakan beberapa analis. Kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius juga mengatakan dalam catatan semalam bahwa dia memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga tiga perempat poin.
Namun, kekhawatiran resesi masih membayangi dalam beberapa pekan terakhir karena Wall Street mempertimbangkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, suku bunga yang meningkat tajam dan sinyal kurva imbal hasil terbalik.
"Pasar kemungkinan akan tetap bergejolak dalam beberapa bulan mendatang dan perdagangan berdasarkan harapan dan ketakutan tentang pertumbuhan ekonomi dan inflasi," Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
IHSG Ambyar Setelah Lebaran Lumrah, Tapi Tahun Ini Terburuk
(aum/aum)
Pasar Masih Wait and See, IHSG Parkir di Jalur Hijau - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment