JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam riset Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (ICDX), tren harga minyak mentah dunia di kuartal III 2022 masih mengalami bullish.
Research & Development ICDX, Girta Yoga mengatakan, nilai dari minyak mentah sendiri akan tetap mengalami peningkatan sehingga hal tersebut menjadi daya tarik untuk bertransaksi. Pada kuartal II-2022 sebelumnya, harga minyak mentah dunia mengalami peningkatan sebesar 15,04 persen.
“Diperkirakan pada kuartal III-2022 ini, harga minyak akan tetap mengalami penguatan meskipun ada beberapa faktor yang bisa menahan penguatan harga tersebut,” kata jelas Girta dalam siaran pers, Rabu (20/7/2022).
Baca juga: Wall Street Kembali Menguat, Indeks Utama Bursa AS Sentuh Level Tertinggi Sejak Awal Juni
Walau demikian, tren kenaikan harga minyak mentah dunia ini terjadi di tengah kekhawatiran dunia akan inflasi global. Saat ini, beberapa negara seperti Amerika, Australia, Inggris dan lainnya tengah mengalami inflasi. Bagi beberapa negara, inflasi yang terjadi pada tahun ini menjadi inflasi tertinggi dalam dekade terakhir.
Sementara itu, inflasi domestik yang terus mengalami peningkatan disebabkan karena tingginya tekanan sisi penawaran. Hal ini seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia.
“Melihat dari beberapa katalis yang ada, di kuartal III-2022 ini pergerakan harga minyak masih mengalami bullish. Namun tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan ada sentimen-sentimen yang akan menahan pergerakan harga tersebut,” ujar Girta.
Baca juga: Lanjutkan Tren Penguatan, IHSG Berpotensi Tembus 6.900 Hari Ini
Girta mejelaskan, sentimen yang menahan pergerakan harga salah satunya mengenai Pakta Produksi Opec+ yang berakhir pada Agustus 2022. Menurut Girta, Pakta Produksi Opec+ akan berpengaruh terhadap kondisi pasokan global sehingga akan berdampak terhadap pergerakan harga.
“Mengenai Pakta Produksi Opec+ yang hingga saat ini tidak ada sinyal untuk berlanjut, di mana hal ini akan mempengaruhi pasokan yang ada di pasar,“ ujar Girta.
Di sisi lain, konflik Geopolitik yang masih terjadi antara Rusia-Ukraina juga masih menjadi penyebab harga komoditas yang tinggi dan terus meningkat. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya produksi serta impor yang berasal dari negara tersebut.
Ukraina merupakan salah satu negara pemasok gandum terbesar di perdagangan dunia, dan Rusia yang merupakan negara kedua terbesar di dunia pemasok minyak mentah. Menurut Vice President of Research and Development, Isa Djohari, konflik geopolitik Rusia-Ukarina masih memiliki dampak yang besar bagi supply energi, seperti pasokan energi dari Russia ke Eropa yang memberikan dampak terhadap pihak luas.
“Konflik ini berdampak pada kenaikan harga bahan bakar yang berimbas pada tinggi dan naiknya harga komoditas global, yang merupakan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya mengakibatkan inflasi pada setiap negara“ ujar Isa Djohari.
Baca juga: Menteri Bahlil Heran saat RI Disebut Lagi Krisis: Apanya yang Krisis?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Meskipun Inflasi, Tren Harga Minyak Mentah Dunia Masih Bulish di Kuartal III-2022 - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment