Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah dalam jangka panjang berpotensi masih melemah. Hal ini terjadi seiring kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya.
Mengutip Bloomberg, Jumat (20/5), rupiah bergerak menguat 0,52% ke Rp 14.642 per dollar AS. Penguatan terserbut terjadi setelah rupiah melemah ke level terendahnya di Rp 14.719 per Kamis (19/5).
Dalam sepekan rupiah tercatat melemah 0,19% dan sejak awal tahun hingga Jumat (20/5), rupiah melemah 2,66%.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin memproyeksikan, pelemahan rupiah akan masih terus berlanjut seiring dengan kebijakan moneter The Fed yang agresif menaikkan suku bunga acuannya. Sementara, dana asing yang keluar masih marak terjadi di pasar keuangan dalam negeri.
"FOMC minutes The Fed di pekan depan akan menjadi perhatian penting, di mana pelaku pasar akan mencermati ulasan The Fed tersebut mengenai suku bunga," kata Nanang, Jumat (20/5). Di samping itu, pelaku pasar berharap akan ada sinyal atau pandangan mengenai suku bunga di pertemuan The Fed pada Juni mendatang.
Baca Juga: Tekanan Eksternal Memicu Pelemahan Rupiah 0,21% Dalam Sepekan
Tidak hanya The Fed, bank sentral global lain juga kompak menaikkan suku bunga acuannya. Di pekan depan, Rapat Bank Sentral Selandia Baru juga akan terselenggara dan dikabarkan akan menaikkan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 2,0%.
Sentimen negatif bagi rupiah juga datang dari kenaikan inflasi. Saat ini inflasi dalam negeri berada di 3,4% per April 2022.
Bila pun rupiah terancam ke Rp 15.000, Nanang mengtakan, BI tidak akan tinggal diam dan siap melakukan intervensi. "Perlu diperhatikan rapat dewan gubernur BI pada tanggal 24 Mei diharapkan adanya sebuah normalisasi suku bunga acuan," kata Nanang.
Hingga akhir tahun, Nanang memproyeksikan, rentang rupiah di Rp 14.500 per dollar AS-Rp 14.900 per dollar AS.
Di tengah dollar AS yang terus menguat, Nanang menilai, pasangan valuta asing (valas) EUR/USD dan GBP/USD menarik untuk dipegang.
"Kedua pasangan mata uang tersebut sudah terlampau tertekan karena dampak dari penguatan dollar AS dan kondisi eskalasi di Eropa Timur yang membuat investor melepas kedua mata uang tersebut akibat pengaruh kebijakan politik," kata Nanang.
Tidak hanya itu, berperang melawan inflasi yang meroket juga membuat mata uang tersebut melemah. Saat ini bank sentral utama kedua negara tersebut belum agresif dalam menyikapi kondisi yang ada saat ini.
"Nilai kedua pasangan mata uang tersebut terlampau murah atau undervalue, saat bank sentral kedua negara mulai agresif dan sentimen terhadap The Fed mulai berkurang, maka berpotensi terjadi bargain hunting yang cukup kencang," kata Nanang.
Baca Juga: Pasar Menanti Hasil RDG BI, Rupiah Diprediksi Bergerak Flat, Senin (23/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Prospek Rupiah Masih Melemah, Mata Uang EUR/USD dan GBP/USD Bisa Dilirik - Investasi Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment