JAKARTA, KOMPAS.com - Kestabilan ekonomi Indonesia ternyata tidak diiringi dengan pemberian kesempatan yang sama pada setiap warga negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, berdasarkan laporan World Economic Forum, Indonesia masih memiliki ketimpangan gender di tahun 2021. Berdasarkan laporan tersebut, Indonesia memiliki Gender Gap Index sebesar 0,688.
Apabila indeks tersebut besarannya 1 maka hak antara perempuan dan laki-laki di suatu negara seimbang. Dengan demikian, di Indonesia masih ada ketimpangan hak antar gender karena masih di bawah angka 1.
"Tentu kita masih memiliki pekerjaan rumah bagaimana kita bisa meningkatkan inklusivitas dengan memberikan dan memberdayakan perempuan, baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik," ujarnya saat acara Seminar Virtual LPPI, Kamis (21/4/2022).
Baca juga: AS hingga Inggris Walkout dari Pertemuan G20, Sri Mulyani: Bukan Kejutan bagi Kami...
Kendati demikian, Gender Gap Index Indonesia masih sedikit lebih baik dibandingkan rata-rata Gender Gap Index dunia yang sebesar 0,677.
"Kalau lihat gender gap 0,677 artinya dibutuhkan 135 tahun untuk bisa mewujudkan kesetaraan gender di seluruh dunia," kata dia.
Dia melanjutkan, Indeks Pemberdayaan Gender dan Indeks Pembangunan Gender yang dihitung Badan Pusat Statistik (BPS) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
"Untuk Indeks Pembangunan Gender 91,27 dan Indeks Pemberdayaan Gender 76,26 pada 2021. Semakin mendekati 100 maka kesenjangan semakin kecil," ucapnya.
Lalu bagaimana dengan peran perempuan di bidang pekerjaan?
Berdasarkan data Organisasi Buruh Internasional (ILO), pada 2019, perempuan Indonesia menduduki 30 persen posisi pekerjaan di tingkat manajer di sektor publik dan swasta.
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia menempati posisi yang rendah. Bahkan lebih rendah dari negara Laos, Filipina, Brunei, Singapura, dan Thailand.
Namun demikian posisi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Vietnam dan Malaysia.
"Kalau kita lihat di pemerintahan ada 6 menteri perempuan dari total 40 menteri atau 15 persen itu tentu lebih rendah dibandingkan indeks yang diukur oleh ILO sebesar 30 persen," ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan laporan Oliver Wyman, hanya 18 persen perempuan Indonesia yang menempati tingkat komite eksekutif di lembaga keuangan. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia.
Baca juga: Perempuan Ini Buktikan Bidang Teknologi Tidak Hanya Bisa DIkuasai Laki-Laki
Menurut dia, hal ini disebabkan oleh jumlah pekerja perempuan di sektor keuangan yang hanya 39,5 persen. Artinya, pekerja laki-laki mendominasi sektor ini.
Tidak hanya kalah jumlah, pekerja perempuan di sektor ini hanya 12 persen yang memiliki keahlian atau separuh dari pekerja laki-laki yang memiliki keahlian sebesar 28 persen.
Perempuan Indonesia juga mengalami tingkat inklusi keuangan yang lebih rendah dari laki-laki, yaitu 36 persen dan laki-laki mencapai 40 persen.
"Jadi dapat dikatakan bahwa memang Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender di Indonesia yang terus membaik. Namun gender gap masih cukup besar, terutama pada tingkat kepemimpinan perempuan, baik di sektor swasta sektor publik, dan di sektor keuangan," tuturnya.
Baca juga: Enggak Melulu Mentok di Dapur, Ini Alasan Perempuan Harus Berpendidikan Tinggi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Sri Mulyani: Ketimpangan Gender di Indonesia Masih Cukup Besar - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment