KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham properti dan real estate tampak lesu sejak awal tahun/year to date (ytd). Mengutip data Bursa Efek Indoensia (BEI), IDX Sector Property & Real Estate yang tertekan hingga 4,85% ytd. Penurunan tersebut menjadi yang terdalam di bursa setelah IDX Sector Technology yang tertekan hingga 9,76%.
Senior Research Analyst RHB Sekuritas Indonesia Andhika Suryadharma mengungkapkan, sebenarnya suku bunga rendah seperti sekarang ini cukup menopang iklim permintaan properti. Di sisi lain, permintaan juga cukup terjaga. Akan tetapi, investor mulai khawatir terhadap kenaikan suku bunga ke depan dan risiko atas pelemahan daya beli konsumen.
"Menjadi risiko yang saat ini sedang dihindari investor ," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/3).
Baca Juga: Tanah Laut (INDX) Jajaki Bisnis Properti dan EBT
Sementara, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengamati, sektor properti memang biasanya menjadi sektor yang paling lagging. "Ditambah lagi awal tahun ini perhatian investor tertuju pada sektor energi dan komoditas yang menguat secara signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (27/3).
Di sisi lain, tidak semua emiten mencatatkan kinerja yang cukup cemerlang di tahun 2021. Sehingga dilihat dari sisi valuasi, beberapa saham saja yang masih konsisten dan murah daripada lainnya
Kendati dibayangi sentimen negatif, secara keseluruhan sektor properti masih berpeluang untuk bangkit menyusul sektor lainnya. Adapun di tahun 2022 ini, sektor properti masih ada harapan mengikuti jejak kebangkitan pada sektor lainnya dengan sentimen insentif PPN, relaksasi LTV dan juga program tax amnesty dari pemerintah.
Baca Juga: Minim Katalis Positif, Begini Prospek Emiten Konstruksi dan Infrastruktur Non-BUMN
Untuk pilihan sahamnya, BSDE dan CTRA secara valuasi lebih menarik dengan rekomendasi buy dan target harga masing-masing di Rp 1.200 per saham dan Rp 1.250 per saham.
Sepakat, Andhika melihat sektor properti masih memiliki katalis dari spill over peningkatan komoditas yang bisa memberikan support terhadap konsumen properti. Di sisi lain, ada isu suku bunga yang rendah. Kenaikan suku bunga memang akan terjadi, akan tetapi kenaikannya diekspekrasikan tidak akan drastis. Adapun insentif PPnBM sampai dengan bulan September juga mampu memberikan support.
"Jadi mungkin pelan-pelan mengumpulkan saat pelemahan terjadi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/3).
Saham Properti Masih Menarik Dicermati - Stock Setup
Read More
No comments:
Post a Comment