Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan saham di bursa domestik libur memperingati Tahun Baru Imlek kemarin, Selasa (1/2/2022). Hari ini pasar akan kembali buka, untuk itu investor maupun pelaku pasar perlu mencermati berbagai sentimen yang akan mewarnai perdagangan hari ini.
Sebelum libur, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,22% di level 6.631,15 pada Senin (31/1/2022).
Koreksi indeks juga dibarengi dengan asing yang net sell sebesar Rp 247 miliar. Maklum pada pekan lalu, IHSG sudah menguat 3 hari beruntun dengan apresiasi lebih dari 1%. Sehingga wajar saja kalau asing memanfaatkan momentum tersebut untuk profit taking.
Dengan kinerja pasar saham tersebut, jelas bahwa tidak ada January Effect di bulan lalu. Sebenarnya secara siklikal, kinerja bulanan IHSG cenderung moncer di bulan Februari.
Setidaknya dalam satu dekade terakhir, return bulanan IHSG cenderung positif. Sejak tahun 2011-2021 rata-rata gain IHSG mencapai 1,36%.
IHSG tercatat melemah secara beruntun di bulan Februari 2018-2020 dengan koreksi masing-masing sebesar 0,13%; 1,37% dan 8,2%.
Koreksi tajam IHSG di bulan Februari tahun 2020 disebabkan oleh awal mula Covid-19 menyebar di seluruh dunia sehingga aksi jual saham juga terjadi secara global.
Tahun 2021, IHSG mencatatkan return positif dengan penguatan fantastis. Indeks naik hampir 6,5% bulan Februari tahun lalu.
Namun gain tersebut masih kalah dengan cuan IHSG pada Februari 2013 yang naik sampai 7,68% dibanding bulan sebelumnya.
Memang data historis tidak menjamin bahwa pola tersebut akan pasti berulang. Namun setidaknya hal tersebut bisa menjadi acuan.
Untuk mengawali perdagangan perdana bulan Februari, investor maupun trader perlu mempertimbangkan faktor psikologis pasar yang tercermin dari berbagai indikator teknikal IHSG.
Berikut ulasan analisis teknikal untuk pergerakan IHSG hari ini.
Analisis Teknikal
Foto: Putra
Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Jika melihat posisi penutupan kemarin lusa, IHSG gagal menembus level resisten terdekatnya di 6.648.
Indeks cenderung berada di fase konsolidasi sejak bulan November 2021. Hal ini tampak dari pergerakan IHSG yang hanya bolak-balik di level 6.570-6.726. Tampak bahwa IHSG kurang punya katalis kuat yang bisa mendorong IHSG untuk naik maupun turun.
Kemudian jika melihat indikator Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum, juga belum terlihat adanya momentum beli atau jual yang kuat. RSI berada di zona netral di area 50.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Saat ini RSI berada di area 58,80.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 dan EMA 26 membentuk pola konvergen alias menyempit.
Di sisi lain, bar histogram indikator MACD juga belum menunjukkan pergerakan yang berarti. Overall, secara teknikal IHSG masih berpeluang melanjutkan fase konsolidasi terlebih dahulu.
Untuk perdagangan hari ini, IHSG akan menguji level support di 6.570 dan resisten terdekat di 6.650.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
Usai Imlek, IHSG Masih Ogah Ngasi Ang Pau - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment