Bank Indonesia (BI) akan meneruskan kebijakan suku bunga rendahnya untuk tahun depan atau sampai muncul kenaikan inflasi. BI berharap kebijakannya tersebut akan menjaga suku bunga deposito perbankan tetap di level rendah sehingga mendorong pemulihan ekonomi di sektor riil.
Hingga kini, BI masih mempertahankan suku bunga acuan tetap rendah di level 3,5%, rekor terendah sepanjang sejarah.
Pada Pertemuan Tahunan BI pekan lalu, Bank sentral menegaskan suku bunga rendah ini akan tetap dipertahankan pada tahun depan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi.
"Dengan kondisi suku bunga kebijakan BI tetap rendah, maka suku bunga deposito juga masih rendah seperit sekarang ini," kata Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial yang juga merupakan calon Deputi Gubernur BI yang baru Juda Agung dalam acara Bank Indonesia Bersama masyarakat (BIRAMA) 2021, Kamis (2/12).
Bunga deposito merupakan besaran bunga yang harus dibayar perbankan kepada nasabah yang menyimpankan dananya.
Dengan demikian jika tingkat bunga bertahan rendah, maka nasabah tidak akan lagi tertarik untuk menimbun dananya di bank dan mengalihkannya ke instrumen lain yang langsung berdampak ke sektor riil.
"Bagi yang memiliki uang banyak kalau suku bunganya rendah maka akan mencairkan penempatan lain seperti ke pasar modal atau mungkin di properti. Sehingga dengan suku bunga yang rendah tadi akan mendorong sektor riil," kata Juda.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan suku bunga deposito masih melanjutkian penurunan hingg Oktober 2021 di tengah likuiditas perbankan yang masih longgar.
Penurunan suku bunga tersebut sesuai prediksi LPS bahwa bunga deposito masih akan menghadapi tren penurunan ke depannya.
LPS mencatat, rata-rata tingkat bunga deposito rupiah (22 moving daily average) bank benchmark LPS pada akhir Oktober turun 8 basis poin (bps) menjadi 3,14% dari akhir bulan sebelumnya.
Penurunan juga diikuti suku bunga minimum sebesar 6 bps menjadi 2,55%. Suku bunga maksimum turun 10 bps ke level 3,72%.
Rata-rata suku bunga valuta asing (valas) pada Oktober turun sebesar 2 bps menjadi 0,2%. Suku bunga minimum dan maksimum valas juga turun masing-masing 1 bps ke level 0,16% dan 0,25%.
"Tren penurunan suku bunga simpanan diperkirakan masih akan berlanjut lebih lambat pada akhir kuartal IV 2021, " tulis dalam Laporan Likuiditas Bulanan LPS seperti dikutip pada Senin (22/11).
Hal itu sejalan dengan kondisi likuiditas yang tetap longgar, pertumbuhan permintaan kredit yang mulai meningkat dan kebutuhan perbaikan pembukuan di akhir tahun.
LPS juga melihat sebagian besar bank masih dalam tahap penyesuaian suku bunga simpanan merespon tingkat bunga penjaminan yang turun pada periode September.
Bank-bank diperkirakan masih akan menyesuaikan suku bunga dalam upaya menjaga spread net interest margin dan menjada level kompetisi dengan peer groupnya.
Sejauh ini, penurunan dari sisi suku bunga deposito tampaknya tak menyurutkan nasabah untuk menumpuk dananya di perbankan.
LPS mencatat jumlah simpanan di bank pada Oktober sebesar Rp 7.301 triliun, naik 1,1% dari bulan sebelumnya dan kenaikan 9,1% dari Oktober 2020.
Kenaikan secara bulanan terutama pada simpanan jumbo di atas Rp 5 miliar sebesar 1,5% menjadi Rp 3.719 triliun atau lebih dari separuh simpanan bank di periode tersebut.
Semua tier simpanan lainnya berhasil tumbuh tetapi di bawah 1%.
Suku Bunga Deposito Diramal Masih Rendah di 2022, Sektor Riil Terbantu - Katadata.co.id
Read More
No comments:
Post a Comment