Rechercher dans ce blog

Wednesday, November 17, 2021

Alamak! Induk Shopee & Grab Masih Rugi Triliunan Rupiah - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Duo perusahaan teknologi raksasa asal Singapura yang eksis berbisnis dengan memanfaatkan pasar digital Indonesia masih mengalami kerugian pada kuartal ketiga tahun ini.

Induk e-commerce Shopee yang melantai di Wall Street, Sea Limited dan perusahaan rintisan (start-up) yang didanai Softbank, Grab, bahkan mengalami peningkatan kerugian secara tahunan pada bulan Juli hingga September tahun 2021.

Meski mengalami kerugian, kedua perusahaan masih aktif melakukan ekspansi dengan menawarkan diskon besar-besaran, khususnya di segmen pengiriman makanan.


Shopee yang baru masuk dengan mempekerjakan armada jaket oranye menawarkan beragam promo mulai dari potongan biaya pengiriman sampai diskon 60% untuk pembelian makanan.

Grab yang tidak ingin pangsa pasarnya, yang selama ini dikuasai secara eksklusif bersama Gojek, terlihat kembali memperbesar anggaran pemasarannya. Demi bertahan dalam segmen pengiriman makanan, Grab juga menawarkan diskon kompetitif yang cukup beragam, bahkan bisa mencapai 70% dalam kesempatan tertentu untuk periode terbatas.

Besarnya promo yang diberikan perusahaan demi memanjakan dan menggaet pengguna setia baru, menjadikan keuangan perusahaan berdarah-darah.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga yang diterbitkan oleh induk usaha e-commerce Shopee, pada kuartal ketiga 2021, Sea Ltd mencatatkan kerugian bersih US$ 570,98 juta atau setara dengan Rp 8,16 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Kerugian tersebut naik 34% dari periode yang sama tahun sebelumnya di mana Sea Ltd membukukan kerugian US$ 425,26 juta.

Kerugian fantastis tersebut memang tidak terjadi di semua segmen bisnis, Garena yang merupakan anak usaha yang bererak di segmen digital entertainment menjadi satu-satunya yang mampu mencatatkan kinerja positif.

Pengembang gim seluler Free Fire tersebut mampu meningkatkan pendapatan menjadi US$ 1,2 miliar, naik 29,2% secara tahunan. Hal ini terjadi karena jumlah pengguna yang berbayar meningkat 42,7% secara tahunan menjadi 92,3 juta akun. Alhasil EBITDA yang disesuaikan dalam tiga bulan dari Juli hingga September tahun ini mampu mencapai US$ 715,1 miliar atau meningkat 22,3% dari periode yang sama tahun lalu.

Manajemen Sea menyatakan kesuksesan di segmen tersebut dikarenakan Free Fire terus menjadi game seluler terlaris di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan India untuk kuartal ketiga tahun 2021 mengutip data App Annie.

Sementara itu segmen lainnya masih mengalami kerugian, dengan yang terbesar dicatatkan oleh Shopee, anak usaha yang bergerak di segmen e-commerce. Meski pendapatan perusahaan tercatat meningkat 134,4% secara tahunan menjadi US$ 1,5 miliar, segmen e-commerce masih mengalami kerugian yang cukup dalam, dengan nilai EBITDA yang disesuaikan tercatat naik lebih dari dua kali lipat secara tahunan menjadi negatif US$ 683,8 juta.

Segmen ini masih belum menguntungkan walaupun Gross merchandise value (GMV) atau nilai total transaksi naik 80,6% menjadi US$ 16,8 miliar (Rp 240,40 triliun) yang diperoleh dari jumlah pesanan yang meningkat 123,2% menjadi 1,7 miliar transaksi.

Manajemen Sea Ltd menyampaikan bahwa untuk setiap pemesanan yang dilakukan perusahaan mengalami kerugian US$ 0,41 (Rp 5.863) dalam bentuk EBITDA yang disesuaikan, kerugian ini naik 7,89% dari kuartal pertama yang hanya sejumlah US$ 0,38 (Rp 5.434)

Sementara itu Grab, juga senasib dengan Sea dan masih mengalami kerugian US$ 212 juta (Rp 3,07 triliun) dalam nilai EBITDA yang disesuaikan selama tiga bulan dari Juli hingga Agustus tahun ini. Kerugian tersebut semakin parah atau meningkat 66% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Kerugian Grab salah satunya disebabkan oleh pendapatan pada kuartal tiga yang terkontraksi 9% menjadi US$ 157 juta dari semula sebesar US$ 172 juta.

Manajemen Grab menjelaskan bahwa turunnya pendapatan perusahaan terjadi karena kondisi pandemi dan menyebarluasnya virus delta yang beberapa waktu lalu mencapai puncaknya di Vietnam yang merupakan salah satu pasar utama perusahaan menjadi alasan utama.

Manajemen Grab juga mengatakan bahwa semakin buruknya nilai EBITDA yang disesuaikan pada Q3 2021 terkena dampak negatif oleh penurunan mobilitas serta peningkatan biaya perusahaan regional karena Grab melakukan investasi dalam pengembangan produk dan investasi teknologi untuk masa depan.

Meski demikian, GMV Grab tercatat tumbuh 32% secara tahunan menjadi US$ $4,0 miliar, rekor baru bagi Grab. GMV segmen pengiriman tumbuh 63% menjadi $2,3 miliar, yang mengimbangi penurunan 30% dari GMV segmen ride hailing.


[Gambas:Video CNBC]

(fsd/fsd)

Adblock test (Why?)


Alamak! Induk Shopee & Grab Masih Rugi Triliunan Rupiah - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...