JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Kabinet Jepang mengumumkan, pertumbuhan ekonomi Jepang masih mengalami kontraksi, yakni -3,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I 2021, lebih baik dari perkiraan awal -5,1 persen (yoy).
Data statistik yang direvisi itu mencatat penurunan pertama dalam tiga kuartal terakhir akibat terpukulnya pengeluaran swasta karena ada gelombang baru Covid-19.
Sementara secara kuartalan, PDB Jepang di kuartal I 2021 masih mencatat -1 persen, lebih baik dibanding ekspektasi sebesar -1,3 persen dan perkiraan median sebesar -1,2 persen.
Baca juga: LPEM UI: Kolaborasi Go To Ciptakan Stimulus Rp 35 Triliun ke Ekonomi RI
Berdasarkan laporan badan statistik sebelumnya, kontraksi ekonomi masih terjadi di kuartal I 2021 karena adanya gelombang baru wabah Covid-19. Gelombang baru menghentikan pertumbuhan yang sudah terjadi pada dua kuartal berturut-turut.
Kontraksi terjadi lantaran pemerintah mendesak warga untuk menahan diri dari makan di luar pada malam hari dan bepergian melintasi prefektur pada tanggal 8 Januari hingga 21 Maret 2021.
Akibatnya, konsumsi swasta turun 1,4 persen dari kuartal sebelumnya. Layanan makan turun 2,6 persen, barang semi-tahan lama seperti pakaian jadi turun 3,0 persen, dan barang tahan lama seperti peralatan turun 3,1 persen.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Keadaan darurat bukan satu-satunya penyebab lambatnya konsumsi masyarakat. Jepang mendapat bonus dari musim dingin yang lebih lemah. Bonus musim dingin turun 8,5 persen per tahun, penurunan terbesar sejak penurunan 14,9 persen pada 2009, setahun setelah krisis Lehman.
Selama kuartal I 2021, konsumsi pemerintah juga turun dari level tertinggi pada semester II tahun 2020. Pada tahun 2020, konsumsi pemerintah terus meningkat oleh kampanye perjalanan "Go To", alias program subsidi wisata.
Program subsidi wisata akhirnya dihentikan sebelum musim liburan akhir tahun 2020 yang menyebabkan wabah Covid-19 baru.
Kemudian setelah itu, Jepang memberlakukan keadaan darurat ketiga pada tanggal 25 April, ketika varian Covid-19 baru menyebar ke seluruh negeri, terutama di luar Tokyo. Dengan begitu, ekonom memproyeksi kontraksi ekonomi masih akan terjadi di kuartal II tahun jni.
Seberapa kuat rebound pada kuartal II 2021 sangat tergantung pada keadaan darurat. Jika keadaan darurat bisa diangkat pada akhir Mei, kontraksi kemungkinan tak akan dalam.
Tercatat, jumlah infeksi baru Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda penurunan ekonomi di Tokyo dan Osaka. Perbedaan situasi pandemi dan kecepatan peluncuran vaksin menyebabkan kinerja ekonomi bakal berbeda antardaerah.
Jepang sebetulnya telah berjuang meluncurkan vaksin. Namun, pasokannya masih terbatas dan kekurangan pekerja medis yang memberikan suntikan vaksin.
Baca juga: Pemerintah Pede Ekonomi RI Kuartal II-2021 Tumbuh hingga 8 Persen
Masih Konstraksi, Ekonomi Jepang Kuartal I 2021 Minus 3,9 Persen - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment