Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan berhati-hati saat memutuskan untuk mengakhiri lockdown akibat COVID-19. Hal ini dijadwalkan untuk dilakukan pada tanggal 21 Juni mendatang.
Padahal, jumlah kasus di Inggris meningkat lagi akibat virus COVID-19 varian Delta, yang juga dikenal sebagai varian B.1.617.2.
Mengutip BBC, Boris menjelaskan bahwa semua peringanan pembatasan yang akan dilakukan "tidak bisa dapat diubah kembali", dan memperingati bahwa jumlah pasien di rumah sakit akan meningkat. Akibat hal ini, pemerintah Inggris dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk menunda pengakhiran pembatasan COVID sepanjang 4 minggu.
Beberapa penasehat medis senior pemerintah juga menghimbau untuk menunda pengakhiran lockdown, yang akan menghilangkan pembatasan kerumunan dan kontak sosial jika diterapkan secara total. Dalam skenario ini, pub, klub, teater dan bioskop juga akan diperbolehkan untuk beroperasi tanpa batas kapasitas.
Pada saat ditanya jika semua pembatasan akan diringankan, Boris mengatakan masyarakat harus menunggu sampai hari Senin, pada saat pemerintah akan membuat pengumuman resmi.
"Hal yang bisa saya katakan adalah kami sedang melihat data, dan akan terus melakukan itu. Tetapi yang pasti adalah... rencana [pengakhiran pembatasan] dilakukan secara berhati-hati, tetapi tidak dapat diubah kembali [jika diterapkan]. Dan untuk memiliki rencana yang tidak dapat diubah, kita harus berhati-hati," ujarnya kepada reporter BBC Laura Kuenssberg.
Jumlah kasus COVID-19 di Inggris meningkat sebanyak 7,738 pada hari Sabtu (12/06) kemarin. Dalam hari yang sama, 12 orang meninggal akibat virus tersebut dalam waktu di bawah 28 hari setelah mereka mendapatkan hasil positif.
Total jumlah orang terpapar COVID-19 di Inggris dalam waktu 7 hari kemarin meningkat sebesar 50%, dibandingkan dengan 7 hari sebelumnya.
[Gambas:Video CNBC]
(mij/mij)
Covid Masih Menggila, PM Inggris Bakal Perpanjang Lockdown? - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment