Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah 'demam' investasi mata uang kripto (cryptocurrency) akhir-akhir ini, jajak pendapat Reuters terbaru menunjukkan saham masih menjadi favorit para fund manager alias manajer investasi global.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters pada 14-30 April kepada para fund manager dan kepala pejabat investasi di Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang, dari portofolio global, alokasi saham menyumbang porsi 49,8%.
Persentase ini saham dengan posisi Maret lalu, yang termasuk jumlah tertinggi lebih dari tiga tahun terakhir.
Menurut Reuters, dalam menanggapi pertanyaan tambahan. 23 dari 24 manajer investasi mengatakan, fase bull (naik) yang terjadi pada saham saat ini akan terus berlangsung setidaknya selama tiga bulan lagi. Adapun lima manajer investasi memperkirakan kenaikan harga saham akan bertahan lebih dari enam bulan ke depan.
"Faktor-faktor yang mendukung pasar ekuitas adalah pembukaan kembali ekonomi, sikap bank sentral yang sangat akomodatif, likuiditas yang melimpah, dan arus [dana] yang kuat, dengan investor ritel di AS mendaur ulang cek stimulus menjadi saham," kata tim investasi di General Investments Partners kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (1/5).
"Di sisi lain, ekuitas memiliki valuasi yang sangat mahal, dan margin perusahaan mungkin mulai memburuk karena adanya lonjakan biaya input. Faktor-faktor ini harus saling menyeimbangkan untuk sementara waktu, dan pembicaraan tentang normalisasi bertahap dalam kebijakan akhir tahun ini pada akhirnya dapat membebani pasar saham," tambah tim investasi General Investments Partner.
Ekspektasi para manajer investasi soal penguatan saham-saham yang terus berlanjut tersebut didorong oleh paket stimulus fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Optimisme tersebut juga tercermin dari rilis indikator ekonomi baru-baru ini.
Data pada Kamis (29/4) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi AS tercatat lebih cepat pada kuartal terakhir, yang merupakan pertumbuhan kuartal pertama terbaik sejak 1980-an.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh bantuan besar pemerintah untuk rumah tangga dan bisnis.
Sementara Bank Sentral AS alias the Fed mengambil pandangan optimis tentang ekonomi, Reuters mencatat, hal tersebut mengabaikan pembicaraan soal perubahan kebijakan dan mengabaikan adanya kenaikan inflasi seperti yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, hampir 80% dari fund manager, atau 19 dari 24, menanggapi pertanyaan lain mengatakan, imbal hasil obligasi negara atau Treasury cenderung bakal naik dalam tiga bulan mendatang.
Reuters mencatat, manajer aset global merekomendasikan pemotongan kepemilikan obligasi menjadi 39,5% dari 39,7% bulan lalu, terendah sejak Februari 2019.
Ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun di mana alokasi pendapatan tetap yang disarankan menyumbang kurang dari 40% dari model portofolio global selama tiga bulan berturut-turut.
"Imbal hasil obligasi negara, seperti pasar ekuitas, akan bergejolak selama sisa tahun ini, tetapi kami sepenuhnya memperkirakan [instrumen tersebut] untuk naik secara bertahap karena tekanan inflasi meningkat dan The Fed akhirnya mulai mengurangi paket stimulus dan menaikkan suku bunga," kata Peter Lowman, kepala investasi di Investment Quorum di London.
"Sama halnya, ini tidak akan menjadi perhatian jangka pendek, kemungkinan besar adalah cerita akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023," tambah Peter.
Kemudian, ketika ditanya tentang perubahan portofolio investasi dalam tiga bulan ke depan, hampir tiga perempat dari 23 manajer investasi mengatakan mereka secara umum akan mempertahankan posisi risiko saat ini atau mengurangi eksposur ke aset berisiko.
Enam sisanya menyarankan untuk memanfaatkan setiap penurunan ekuitas dari kenaikan tertingginya baru-baru ini.
"Sebagian besar momentum ekonomi sudah diperhitungkan dalam aset berisiko, ada sedikit ruang untuk meningkatkan risiko," kata Pascal Blanqué, kepala investasi pada manajer aset terbesar Eropa, Amundi, di Paris kepada Reuters.
"Kami lebih suka mempertahankan tingkat eksposur risiko yang sama atau mencari beberapa pengurangan, karena risiko di pasar tidak simetris pada tahap ini."
Informasi saja, sejumlah mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar, kompak membukukan kenaikan harga yang ciamik dalam sepekan terakhir. Kenaikan harga tertinggi dialami oleh mata uang kripto XRP, yakni sebesar 38,24%, sementara mata uang Tether mencatatkan kenaikan paling tipis, yakni 0,01% dalam sepekan.
Sang 'raja', Bitcoin, berhasil terapresiasi 15,49% dalam seminggu belakangan. Kapitalisasi pasar koin digital yang diciptakan pada 2009 ini mencapai US$ 1,08 triliun.
Sementara, Ethereum berhasil melonjak 23,61% ke US$ 2.860,95 dalam sepekan. Tidak hanya Bitcoin dan Ethereum, mata uang kripto yang terinspirasi oleh meme anjing, Dogecoin juga berhasil melejit 31,57% ke US$ 0,36.
Pada pekan ini, Dogecoin kembali melonjak secara sensasional sebesar 20% dalam sehari, setelah 'dipompom' oleh Elon Musk dan miliarder sekaligus pemilik klub basket NBA Dallas Maverick, Mark Cuban.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
Fund Manager Masih Pilih Saham, Kripto Belum Prioritas CNBC Indonesia • 5 menit yang lalu - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment