Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun KTT ASEAN mengenai Myanmar telah membuahkan beberapa hasil mengenai perdamaian dan menahan diri, junta militer sepertinya belum akan sepenuhnya tunduk dengan kesepakatan ini. Hal ini terlihat dari manuver kelompok tersebut yang masih sangat keras terhadap pihak anti-kudeta.
Dikutip Reuters, otoritas negara itu masih dilaporkan melakukan serangan udara pada Rabu (28/4/2021) dengan pesawat tempur dan helikopter untuk mengusir milisi etnis Karen yang telah mengambil alih pos pertahanan militer.
Dilaporkan atas serangan itu, 100 orang warga mulai mengungsi ke wilayah Thailand. Karen dan kekuatan etnis minoritas lainnya yang berbasis di daerah perbatasan telah mendukung penentang junta pro-demokrasi yang berbasis di perkotaan.
Bentrokan juga terjadi di Negara Bagian Chin, yang berada di perbatasan dengan India, antara aktivis anti-kudeta dan pasukan keamanan. Myanmar Now melaporkan 30 tentara pemerintah tewas dalam empat hari bentrokan di sana.
Sementara itu pihak militer masih juga melakukan penahanan terhadap beberapa pihak yang dianggap memotori aksi protes. Wai Moe Naing, seorang Muslim pemimpin oposisi pro-Aung San Suu Kyi, ditangkap pada 15 April ketika petugas keamanan menabraknya dengan mobil saat dia memimpin demonstrasi sepeda motor di pusat kota Monywa.
Televisi Myanmar, dalam buletin berita malam utamanya, menyiarkan daftar dakwaan yang diajukan terhadapnya, termasuk pembunuhan dan pengkhianatan, yang dikatakan telah diajukan ke polisi.
KTT Asean itu sendiri menghasilkan lima poin penting yang salah satunya berisi tuntutan agar militer mengurangi kekerasannya terhadap pendemo. Namun dalam tuntutan itu tidak dituliskan mengenai pembebasan Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya.
Selain itu perjanjian itu dianggap cacat lantaran tidak memiliki tenggat waktu yang jelas dan tidak melibatkan kubu yang dikudeta. Hal ini membuat gelombang unjuk rasa terulang kembali di seluruh negeri,dengan Monywa salah satu pusat oposisi utama.
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) pro-demokrasi, yang termasuk anggota parlemen yang digulingkan oleh kudeta, tidak diundang ke pembicaraan itu. Dikatakan ASEAN harus terlibat dengannya sebagai perwakilan sah rakyat.
"Sebelum dialog konstruktif dapat dilakukan, bagaimanapun, harus ada pembebasan tanpa syarat dari tahanan politik termasuk Presiden U Win Myint dan Penasihat Negara Daw Aung San Suu Kyi," kata Perdana Menteri NUG, Menteri Mahn Winn Khaing Thann, dalam sebuah pernyataan. .
Sementara itu Junta Myanmar sendiri menyatakan belum akan mengikuti poin konsensus itu dengan mengatakan akan mempertimbangkannya "ketika situasi kembali ke stabilitas" dan memberikan rekomendasi yang memfasilitasi peta jalan militer sendiri.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik mengatakan 3.431 orang ditahan karena menentang kudeta. Selain itu, dikabarkan juga hingga saat ini sudah751 orang tewas dalam kekerasan junta terhadap para demonstran anti-kudeta sejak penggulingan 1 Februari lalu.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef)
Myanmar Masih Membara, Junta Lancarkan Serangan Udara CNBC Indonesia • 30 detik yang lalu - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment