Jumlah angka kelahiran di Jepang mengalami penurunan drastis. Hal tersebut memicu kekhawatiran pemerintah Jepang karena dapat menyebabkan krisis populasi.
Ada banyak faktor yang menyebabkan angka kelahiran di Jepang dapat menurun. Salah satunya adalah masyarakat yang enggan untuk memiliki anak.
Dalam sebuah survei yang dilakukan lembaga Shufu Job Soken, sebanyak lebih dari 70 persen wanita pekerja di Jepang mengatakan bahwa penyebab utama penurunan angka kelahiran adalah tingginya biaya membesarkan anak.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida saat ini tengah mempertimbangkan untuk memperluas tunjangan pengasuhan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan angka kelahiran di Jepang.
Walaupun langkah tersebut diharapkan menjadi 'jalan keluar' rendahnya angka kelahiran di Jepang, banyak wanita yang juga merasa kesulitan untuk menyeimbangkan karir dan mengasuh anak. Hal ini menunjukkan bahwa uang saja tidak dapat menyelesaikan masalah.
Hasil survei tersebut didapatkan dari 554 responden dari segala usia terutama yang berusia 40-50-an tahun yang termotivasi untuk bekerja.
Dari hasil survei tersebut, 74,2 persen responden mengatakan bahwa biaya yang diperlukan untuk membesarkan anak terlalu mahal. Selain itu, 63,2 persen responden juga mengatakan bahwa beban mengasuh anak secara tidak proporsional dibebankan pada perempuan.
Lebih lanjut 60,3 persen mengatakan hanya ada sedikit pekerjaan yang sesuai dengan mengasuh anak dan 57,8 persen juga mengatakan hanya sedikit orang yang mau menikah sehingga menyebabkan penurunan angka kelahiran.
Muncul beragam tanggapan dari responden soal menyeimbangkan pekerjaan dan memiliki anak. Ada yang merasa hal tersebut bisa dilakukan, namun ada juga yang merasa keberatan harus melakukan dua hal tersebut secara bersamaan.
Simak Video " Warga Hong Kong Lebih Pilih Punya Kucing Dibanding Bayi"
[Gambas:Video 20detik]
Biang Kerok Wanita Jepang Ogah Punya Anak, Bukan Cuman Soal Biaya Mahal! - detikHealth
Read More
No comments:
Post a Comment