Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah berhasil melibas dua mata uang di Benua Biru yakni poundsterling dan dolar franc swiss pada perdagangan Rabu (6/7). Namun, rupiah tertekan oleh euro.
Melansir Refinitiv, pukul 11:10 WIB, rupiah terapresiasi terhadap poundsterling cukup tajam 1,09% ke Rp 17.917,56/GBP. Sedangkan, dolar franc swiss yang menyandang status sebagai salah satu aset lindung, melemah terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,62% ke Rp 15.470,78/CHF.
Meski begitu, euro berhasil menguat terhadap rupiah sebanyak 0,15% ke 15.630,85/EUR.
Hingga saat ini, perekonomian Indonesia masih dinilai cukup baik. Bahkan, analis mengatakan bahwa Indonesia tampaknya mampu melewati kondisi ekonomi lebih baik dari negara lain yang tergabung dalamFragile Fiveyaitu India, Turki, Afrika Selatan dan Brasil.
Hal tersebut tak terlepas dari ledakan komoditas global yang telah membantu Indonesia menopang ketahanan ekonominya. Ini tidak hanya membantu negara kaya sumber daya mencatat surplus transaksi berjalan, tetapi juga membantu pemerintah mengurangi target penjualan obligasi dan mendanai subsidi energi untuk melindungi 270 juta penduduknya dari harga minyak global yang tinggi.
Selain itu, cadangan devisa pada akhir Mei 2022 tercatat USD135,6 miliar, setara dengan lebih dari enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta jauh di atas utang luar negeri Indonesia yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Sementara itu, sentimen negatif masih membayangi kawasan Inggris. Bank of England (BOE) pada Selasa (5/7) memperingatkan bahwa prospek ekonomi Inggris dan dunia berada di sisi gelap sejak awal tahun dan mengatakan kepada bank-bank di Inggris untuk meningkatkan penyangga modal, agar dapat mengatasi badai.
"Prospek ekonomi global telah memburuk secara nyata. Kondisi keuangan global secara keseluruhan telah diperketat secara signifikan," tutur Gubernur BOE Andrew Bailey pada konferensi pers dikutip dari Reuters.
Bailey juga menambahkan bahwa perang antara Rusia-Ukraina menjadi kunci kestabilan ekonomi Inggris.
Menurut BOE, bank-bank Inggris berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi bahkan penurunan ekonomi yang parah, rasio modal sementara ini masih kuat dan diperkirakan akan sedikit menurun di kuartal mendatang.
Bank-bank di Inggris akan meningkatkan penyangga modal kontra-siklus menjadi 2%, yang berarti bank akan membutuhkan tambahan 11 miliar pound (US$13,2 miliar).
Sebenarnya, beberapa lembaga keuangan internal hingga dunia telah menilai bahwa ekonomi Inggris memang rentan terhadap tekanan. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menilai bahwa ekonomi Inggris lebih tertekan terhadap resesi dan inflasi yang melonjak daripada ekonomi negara Barat.
Tidak heran, rupiah pun berhasil menguat terhadap poundsterling dan dolar franc swiss karena ketahahan ekonominya yang dinilai lebih baik.
Meskipun, euro berhasil menguat terhadap rupiah hari ini, tapi ekonominya diprediksikan akan masuk ke dalam jurang resesi lebih cepat dari negara lain karena tergantungannya pada gas Rusia dan kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Eropa (ECB) yang cukup besar dapat menyalakan kembali krisis utang kawasan eropa.
Jordan Rochester, ahli strategi FX di Nomura Securities memproyeksikan PDB kawasan Eropa akan turun sebesar 1,7%. Akibatnya, pergerakan euro diprediksikan akan ikut tertekan. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh analis lainnya.
"Risiko resesi dan penurunan peringkat pertumbuhan Eropa yang kami lihat semuanya mendorong pergerakan (euro) ini," kata Grace Peters, kepala strategi investasi EMEA di JPMorgan Private Bank.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Tak Hanya di AS, Rupiah Juga Kurang Bertenaga di Eropa
(aaf)
Tenang! Rupiah Masih Kuat Terhadap Dua Mata Uang di Eropa Ini - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment