Rechercher dans ce blog

Friday, July 15, 2022

Rupiah Sepekan Melemah 0,10%, Masih Dekati Rp 15.000/US$ - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah sepanjang pekan ini masih mencatatkan kinerja kurang baik, namun tercatat masih baik dibandingkan pekan sebelumnya di tengah lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga.

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melemah 0,10% secarapoint-to-pointdi hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Jumat (15/7/2022) kemarin, rupiah ditutup melemah 0,03% di level Rp 14.990/US$.


Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Tanah Air pada Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.

Penguatan rupiah pada hari terakhir perdagangan minggu ini terjadi setelah rilis data surplus neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus pada Juni 2022. Artinya surplus sudah mencapai 26 bulan beruntun.

Nilai ekspor US$ 26,09 miliar, naik 40,68% dibandingkan tahun lalu atau year on year(yoy) dan 21,30% secaramonth on month(mom). Sementara impor mencapai US$ 21 miliar. Sehingga surplus kembali terjadi dengan besaran kali ini US$ 5 miliar.

Meski demikian, rupiah masih sulit menguat sebab pasar kini menanti Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pekan depan. Pasar akan melihat apakah Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega masih akan mempertahankan suku bunga, atau akhirnya dinaikkan.

Pasar mata uang global belakangan ini telah diguncang oleh kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengerek suku bunganya hingga 100 basis poin dua pekan mendatang. Kenaikan tersebut lebih besar dari proyeksi sebelumnya 75 basis poin.

The Fed yang semakin agresif tidak lepas dari inflasi yang masih terus menanjak padahal suku bunga sudah dinaikkan sebanyak tiga kali dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Kondisi ini dipicu oleh Inflasi berdasarkanconsumer price index (CPI) AS tembus 9,1% (yoy) di bulan Juni, tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Inflasi yang semakin tinggi dan The Fed yang semakin agresif tentunya berisiko membawa perekonomian AS ke jurang resesi semakin cepat.

Meski demikian, dolar AS yang menyandang statussafe havenakan lebih diuntungkan ketimbang rupiah saat resesi terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Inflasi AS Memanas Bikin Rupiah Loyo Sepekan


(aum)

Adblock test (Why?)


Rupiah Sepekan Melemah 0,10%, Masih Dekati Rp 15.000/US$ - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...