KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan semakin pulihnya perekonomian pasca pandemi, bisnis multifinance di Indonesia tampaknya masih menjadi incaran investor asing. Hal tersebut tampak dari beberapa aksi akuisisi yang dilakukan investor asing terhadap perusahaan multifinance.
Kendati berdasarkan catatan OJK, masih ada 25 perusahaan pembiayaan dari 152 perusahaan pembiayaan yang masih belum memenuhi ketentuan terkait permodalan. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, menggaet investor menjadi salah satu strategi perusahaan pembiayaan dalam menambah permodalan. Selain itu, investor juga melihat potensi bisnis pembiayaan masih sangat prospektif di Indonesia.
"Terkait perusahaan pembiayaan ga ada modal, dia tambah modal dengan gaet investor itu benar. Saya rasa itu menjadi salah satu strategi mereka. Kalau ditanya masih banyak investor yang minat, ya masih secara kan kita bisa melihat transaksi-transaksi perubahan pemegang saham yang dimana asing maupun ada lokal yang memang mau masuk ke perusahaan pembiayaan itu masih tetap ada," terang Suwandi kepada kontan.co.id, Selasa (28/6).
Baca Juga: Multifinance Dilarang Beli Saham untuk Jangka Pendek
Sebelumnya Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank 2B OJK Bambang W Budiawan menyampaikan, masih ada beberapa multifinance yang kemungkinan akan dicaplok oleh investor asing di tahun ini. “Mungkin semester ini ada 2 hingga 3 perusahaan pembiayaan,” ujar Bambang.
Melihat fenomena tersebut, Bambang berpendapat bahwa para investor asing ini melihat potensi bisnis pembiayaan masih sangat prospektif di Indonesia. Salah satunya bisa disebabkan oleh proses pemulihan ekonomi pasca pandemi yang relatif cepat. Disamping itu, Indonesia adalah populated country jadi tidak keliru kalau asesment mereka melihat bahwa market di Indonesia masih promising.
Salah satu perusahaan multifinance yang telah mengumumkan akan diakuisisi investor asing ialah Batavia Prosperindo Finance. Adapun, perusahaan asal Korea Selatan, Woori Card Co., Ltd,, akan menjadi pengendali baru setelah membeli saham emiten tersebut sekitar Rp 1 triliun.
Woori Card akan membeli 82,03% saham atau setara 2,19 miliar lembar saham. Adapun, 74,22% saham tersebut merupakan milik PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (BPII) dan sisanya milik beberapa pemegang saham lainnya yang tidak disebutkan.
Pengesahan akuisisi oleh Woori atas BPFI akan dilaksanakan dalam RUPS LB mendatang. saham perusahaan berencana untuk mengadakan RUPS LB terkait rencana pengambilalihan sebagian besar saham yang ditempatkan dan disetor di perseroan.
Direktur Utama Batavia Prosperindo Internasional (BPII) Rudi Setiadi, sebagai pemegang saham pengendali menyebutkan tujuan penjualan dengan nilai setidaknya Rp1 triliun ini untuk meningkatkan performa keuangan lewat diinvestasikan pada berbagai instrumen keuangan yang dapat memberikan tambahan pendapatan dari hasil investasi.
"Selain itu, perseroan dapat lebih fokus pada pengembangan usaha pada entitas anak perseroan pada bidang usaha Manajer Investasi, Asuransi Umum, dan Jasa Transportasi, serta melihat potensi usaha baru yang dapat meningkatkan nilai perseroan ke depannya," jelasnya.
Sebelumnya, ada juga perusahaan asal Singapura Honest Financial Technologies International Private Limited (Honest) yang juga mengakuisisi perusahaan multifinance milik Permata Bank, PT Sahabat Finansial Keluarga yang saat ini telah berganti nama.
“Nama PT Sahabat Finansial Keluarga telah berubah menjadi PT Honest Financial Technologies,” tulis Sekretaris Perusahaan PermataBank, Katharine Grace.
Adapun, saat ini Honest telah memiliki 71,21% saham dalam PT Honest Financial Technologies. Sementara itu, PermataBank tetap masih berhak atas 28,79% saham dalam perusahaan pembiayaan tersebut.
Direktur Mandala Finance Cristel Lasmana menyampaikan, industri multifinance berada di jalur dan masa yang sangat prospektif. Masih banyak masyarakat Indonesia yang perlu didukung untuk terus bertumbuh, terutama pasca pandemi, masyarakat yang belum tersentuh oleh sektor perbankan karena berbagai alasan.
"Untuk minat investor, saya merasa dukungan yang diberikan oleh investor dan calon investor sangat supportive, dapat dilihat dari dukungan yang diberikan dari sisi keperluan funding kami," kata Cristel.
Menurutnya, itu semua karena mereka merasa sejalan dengan visi perusahaan, selain mereka merasa Mandala adalah perusahaan yang sehat, stabil, dan forward looking, dimana pihaknya sudah melakukan banyak effort transformasi ke arah digital demi memberikan value proposition lebih untuk konsumen perusahaan.
Baca Juga: Restrukturisasi Pembiayaan Multifinance Kian Landai
"Profil investor kami masih serupa, hanya lebih banyak saja yang berpartisipasi di proses pendanaan kami. Kami didukung oleh mitra-mitra pendanaan dan investor yang percaya dengan kinerja Mandala. Selain itu kami juga dipercaya oleh sindikasi perbankan besar, baik dalam maupun luar negeri," ujar Cristel.
Ia mengaku, di tahun ini perusahaan sudah menandatangani MOU dengan dua sindikasi perbankan yang memberikan pihaknya pinjaman total senilai lebih kurang Rp 2 triliun. Selain itu perusahaan juga masih aktif dalam menerbitkan obligasi.
Serupa, Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja mengaku, minat investor asing dalam industri keuangan bank and non bank masih sangat baik sekali.
"Kalo untuk multifinance juga harus nya masih bagus minat dari investor asing, hanya tergantung dari kondisi multifinance nya sendiri, dari sisi potensi, network dan kualitas portfolio nya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Perusahaan Pembiayaan Masih Menjadi Incaran Investor Asing - KONTAN
Read More
No comments:
Post a Comment