Rechercher dans ce blog

Thursday, June 2, 2022

Kabar Baik! Inflasi Masih Aman, OPEC Dongkrak Produksi - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar menyambut rilis inflasi Mei dengan aksi jual di bursa kemarin, sementara obligasi diburu yang berbarengan dengan apresiasi rupiah. Hari ini peluang penguatan terbuka mengikuti angin segar dari Amerika Serikat (AS).

Setelah bergerak sangat volatil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (2/6/2022) dengan koreksi tipis 0,25 poin di level 7.148,72. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) di pasar reguler dengan nilai jumbo sebesar Rp 661 miliar.

Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah karena investor masih mengevaluasi data inflasi global terbaru dan prospek ekonomi global di tengah kebijakan penaikan suku bunga acuan di negara maju.


Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup di zona hijau, yakni menguat 0,42% ke level 3.195,46. Kabar baik dari diperlonggarnya karantina wilayah (lockdown) di kota Shanghai menjadi pendorong indeks saham Negeri Panda tersebut.

Namun, sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong dan KOSPI Korea Selatan memimpin pelemahan bursa Asia-Pasifik, di mana keduanya ambles 1% ke level masing-masing yakni 21.082,13 (Hang Seng) dan 2.658,99 (KOSPI).

Di sisi lain, rupiah menguat 0,69% melawan dolar Amerika Serikat ke Rp 14.480/US$, yang merupakan level terkuat sejak 28 April kemarin. Laju penguatan harian tersebut merupakan yang terbesar sejak 14 Oktober lalu.

Apresiasi Mata Uang Garuda terjadi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2022. Hasilnya sesuai ekspektasi pasar, laju inflasi mengalami perlambatan secara bulanan, begitu juga dengan inflasi inti.

Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan terjadi inflasi 0,4% pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya, melambat dibandingkan April yang sebesar 0,95%. Sementara itu, inflasi tahunan tercatat 3,55% sedikit meninggi dari bulan sebelumnya yakni 3,47%.

Di pasar surat utang, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) lanjut menguat. Mayoritas investor masih memburu SBN, ditandai dengan menurunnya imbal hasil (yield).

Hanya SBN tenor 1, 20, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan harganya yang melemah. Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali turun tipis 0,1 basis poin (bp) ke level 7,046%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Adblock test (Why?)


Kabar Baik! Inflasi Masih Aman, OPEC Dongkrak Produksi - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...