Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (2/6/2022), di tengah melandainya inflasi Indonesia secara bulanan dan inflasi inti Indonesia.
Mayoritas investor masih memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan menurunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 1, 20, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan harganya yang melemah.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun naik tipis 0,1 basis poin (bp) ke level 3,99%, sedangkan yield SBN tenor 20 tahun juga naik 0,8 bp ke level 7,346%, dan yield SBN bertenor 30 tahun menguat 1 bp ke level 7,28%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali turun tipis 0,1 bp ke level 7,046%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Mei 2022 sebesar 0,4% secara bulanan (month-on-month/mom), melambat dibandingkan April lalu yang sebesar 0,95%.
"Inflasi Mei, beberapa komoditas penyumbang inflasi adalah tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, dan ikan segar," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers.
Sementara inflasi tahunan Mei 2022 dibandingkan Mei 2021 (year-on-year/yoy) tercatat 3,55%. Sebagai informasi, inflasi tahunan pada bulan sebelumnya adalah 3,47%.
Kemudian, inflasi inti, yang menjadi acuan Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan kebijakan moneter mengalami pelambatan menjadi 2,58% (yoy), dari bulan April 2,6% (yoy).
Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar, laju inflasi mengalami perlambatan secara bulanan, begitu juga dengan inflasi inti, meski inflasi tahunan masih mengalami kenaikan.
Namun, investor di pasar SBN tetap memburu obligasi pemerintah pada hari ini.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield SBN-nya Negeri Paman Sam yakni US Treasury cenderung kembali turun pada pagi hari ini, karena investor masih mengevaluasi data inflasi global terbaru dan kondisi ekonomi global terkini.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung menurun 2,2 bp ke level 2,909%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu kemarin di level 2,931%.
Yield SBN AS tenor 10 tahun kembali menyentuh level 2,9% pada perdagangan Rabu hingga pagi hari ini. Namun, yield Treasury tenor 10 tahun belum melebihi level 3%.
Investor kembali memfokuskan perhatiannya ke inflasi global, di mana saat ini mereka berfokus pada inflasi di Uni Eropa setelah inflasi di kawasan tersebut kembali melonjak mencapai 8,1% pada Mei lalu.
Sentimen juga terpukul setelah CEO JPMorgan, Jamie Dimon memperingatkan bahwa "badai" ekonomi yang disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan perang di Ukraina masih terjadi.
Kecemasan akan agresivitas pengetatan moneter kian memuncak setelah Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) di angka 56,1 pada Mei lalu, naik dari posisi sebulan sebelumnya sebesar 55,4.
Artinya, sektor manufaktur di AS masih ekspansif, sehingga diprediksi kenaikan suku bunga tidak terlalu memukul sektor riil. Hanya saja, pembukaan lapangan kerja justru anjlok pada April lalu yang mengindikasikan bahwa ekonomi masih perlu traksi untuk bertumbuh.
Selain masih memantau data inflasi di Uni Eropa, investor di AS juga akan memantau rilis data ketenagakerjaan versi ADP yang dirilis pada hari ini pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Investor Cenderung Berhati-Hati, Harga SBN Cenderung Menguat
(chd/chd)
Inflasi RI Cenderung Melandai, Tapi Investor Masih Buru SBN - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment