Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) mayoritas menguat di perdagangan hari ini, Rabu (1/6/2022). Kendati demikian, pelaku pasar masih menyimpan kekhawatiran besar terhadap laju inflasi.
Kontrak futures indeks Dow Jones menguat 90 poin atau 0,27%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 di mana indeks tersebut naik 0,05% atau 175 poin. Sebaliknya, Nasdaq melemah 0,1%.
Kenaikan ini menjadi kabar gembira setelah bursa Amerika Serikat (AS) berguguran di perdagangan terakhir di bulan Mei, Selasa (31/5/2022).
Dow Jones Industrial Average amblas 0,7% sementara itu S&P 500 ditutup melemah 0,6% dan Nasdaq turun 0,4%.
Dengan akan berakhirnya musim laporan keuangan sementara rapat The Fed baru akan digelar 12-13 Juni mendatang, pelaku pasar memilih untuk menahan diri daripada aktif bertransaksi.
"Wait and see adalah langkah terbaik saat ini. Di bulan Juli, mungkin kita akan mendapatkan gambaran yang lebih baik. Sebelum Juli, kemungkinan kita akan melihat pasar yang bergejolak dengan kemungkinan mengarah ke pelemahan, " tutur Max Gokhman dari AlphaTrAI seperti dikutip CNBC International.
Ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 bps di bulan Juni makin kuat. Ekspektasi tersebut mendorong naiknya yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun. Yield surat utang AS naik ke level 2,86 pada perdagangan Rabu (1/6/2022) pukul 17:30 WIB. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak 23 Mei lalu atau satu pekan lebih.
Sebelum menggelar rapat dua pekan mendatang, The Fed mulai hari ini sudah mengetatkan likuiditas. Seperti disampaikan pada rapat bulan lalu, The Fed akan mengurangi neraca keuangan mereka sebesar US$ 9 triliun mulai Juni tahun ini.
Pelaku pasar juga semakin mengkhawatirkan lonjakan inflasi di sejumlah kawasan seperti Eropa. Inflasi di Benua Biru melonjak ke level 8,1% (year on year) di Mei 2022. Inflasi jauh lebih tinggi dibandingkan yang tercatat di April yakni 7,4%.
Kenaikan inflasi Eropa ini bisa membuat bank sentral Eropa (ECB) mengambil kebijakan pengetatan berupa kenaikan suku bunga acuan seperti halnya yang dilakukan AS dan Inggris. Selain bisa membawa kepada kebijakan ketat di tingkat global, lonjakan inflasi yang kini dialami banyak negara bisa memperlambat pemulihan ekonomi dunia.
"Ada kekhawatiran besar terkait inflasi. Orang kini khawatir apakah langkah The Fed menaikkan suku bunga akan cukup untuk menekan inflasi," tutur Will Hobbs dari Barclays Wealth & Investments, seperti dikutip CNBC International.
Kembali memanasnya perang Rusia-Ukraina juga menjadi kekhawatiran mengingat perang yang berlarut-larut akan merugikan perekonomian global.
Seperti diketahui, Presiden AS, Joe Biden telah setuju untuk memberi Ukraina sistem roket canggih yang dapat menyerang dengan presisi sasaran jarak jauh.
Biden ingin membantu Ukraina mempertahankan diri, tetapi menentang penyediaan senjata yang dapat digunakan Ukraina untuk menyerang Rusia
Senjata yang sudah lama diminta oleh Ukraina, adalah untuk membantunya menyerang pasukan musuh dengan lebih tepat dari jarak yang lebih jauh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Dow Futures Menguat Tipis Sambut Rilis Data Tenaga Kerja AS
(mae/luc)
Dow Futures Kembali Menguat, tapi Pelaku Pasar Masih Waswas - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment