Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara turun hampir 5% pada pekan lalu. Harga si batu hitam diperkirakan masih bergerak melemah minggu ini karena sejumlah faktor, terutama turunnya harga minyak mentah dunia.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga batu bara memang ditutup menguat 0,26% di level US$ 252,00/ton. Namun secara keseluruhan, dalam sepekan harga batu bara anjlok 4,6% point to point. Dalam sebulan, harga batu bara masih menguat tipis 0,2% dan melonjak 174,2% dalam setahun.
Analis Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi mengatakan harga batu bara masih susah naik pada pekan ini. Harga batu bara juga tidak akan bergerak terlalu volatile seperti saat awal perang Rusia-Ukraina akhir Februari lalu.
Sebagai catatan, pada perdagangan pekan lalu, harga batu bara bergerak di kisaran US$ 251/ton sampai US$ 258,25/ton atau hanya US$ 7,25 saja. Kisaran mingguan tersebut adalah yang terendah sepanjang tahun ini.
"Batubara sepekan ke depan less likely untuk melonjak tinggi lagi. Mungkin malah cenderung turun karena minyak juga dapat tekanan dengan janji peningkatan supply dari Amerika Serikat (AS). Kalau batu bara masih ngekor ke minyak, akan cenderung menurun (harganya)," tutur Zuhdi, kepada CNBC Indonesia.
Harga minyak mentah Brent pada hari ini ambles ke level US$ 103,57 per barel. Level tersebut anjlok sekitar 14% dibandingkan pekan sebelumnya.
Harga minyak merosot tajam setelah Presiden AS Joe Biden merencanakan untuk mengeluarkan cadangan minyak dari persediaan nasional sebesar 1 juta barel per hari selama 6 bulan atau sekitar 180 juta barel. Pengeluaran cadangan minyak sebesar itu adalah yang tertinggi sejak 1974.
Menyusul AS, Badan Energi Internasional (IEA) juga sepakat untuk mengeluarkan cadangan minyak mereka meskipun kuotanya belum diumumkan.
Zuhdi menambahkan pelemahan batu bara juga didukung oleh langkah Rusia untuk memberikan potongan harga kepada pembeli mereka. Langkah tersebut akan menurunkan kekhawatiran mengenai kekurangan pasokan. Namun, dia mengingatkan harga batu bara juga masih akan sangat dipengaruhi situasi perang Rusia-Ukraina.
Perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda berakhir meskipun sudah ada pembicaraan damai, Terbaru, rudal Rusia menggempur infrastruktur penting yang diperkirakan adalah depot bahan bakar di dekat kota Odesa, Ukraina, akhir pekan lalu. Odesa adalah kota pelabuhan di Laut Hitam yang juga menjadi pangkalan utama angkatan laut Ukraina.
"Tapi balik lagi, kita masih harus amati perkembangan perang ini, semakin ke arah damai menurut saya akan semakin stabil dan cenderung menurun," imbuhnya.
Direktur Executive Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, ke depan, harga batu bara kemungkinan akan turun. Namun, harga emas hitam masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
"Volalitas harga yang naik turun itu sesuatu hal yang biasa. Ke depannya, iya bisa saja harga bergerak turun. Tapi overall rerata harga di 2022 kemungkinan akan lebih baik dibandingkan rerata harga di 2021," tutur Hendra, kepada CNBC Indonesia..
Pelemahan batu bara juga dipicu kekhawatiran melemahnya perdagangan dan perekonomian global. Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala, akhir pekan lalu, memperkirakan perdagangan global kemungkinan hanya akan tumbuh ke 2,5% pada tahun ini.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni 4,7%. Persoalan pasokan menjadi penyebab utama koreksi proyeksi tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(mae/mae)
Hati-hati, Harga Batu Bara Masih Susah Naik Minggu Ini! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment