Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,47% di level 6.614,06 pada perdagangan Selasa (18/1/2022).
Indeks tercatat hanya mampu menguat sesaat beberapa menit setelah perdagangan dibuka. Bahkan indeks sempat terkoreksi 1,6% sebelum akhirnya berbalik arah (rebound) sekitar satu jam terakhir sebelum penutupan.
Mayoritas bursa saham Asia Pasifik memang terbenam di zona merah kemarin. Hanya bursa saham China dan Filipina yang sukses berakhir di zona hijau dengan apresiasi masing-masing sebesar 0,8% dan 1,66%.
Sentimen lebih banyak datang dari dalam negeri, terutama terkait perkembangan kasus Covid-19.
Dari dalam negeri sentimen negatif datang dari kasus Covid-19 yang terus memburuk. Jika hingga akhir tahun lalu kasus infeksi harian Covid-19 masih konsisten di bawah 500, kini jumlah kasus sudah kembali tembus 1.000 per hari.
Kenaikan kasus infeksi Covid-19 juga dikaitkan dengan penyebaran varian baru jenis Omicron yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan akhir tahun lalu.
Kasus pertama Omicron di Indonesia dilaporkan pada pertengahan bulan Desember lalu. Jumlah kasus Covid-19 Omicron di Tanah Air setiap harinya bertambah semakin banyak.
Para ahli termasuk pemerintah memperkirakan puncak kasus Covid-19 Omicron di dalam negeri akan terjadi pada awal bulan Februari.
Selain melihat kinerja bursa saham AS dan perkembangan pasar keuangan global, alangkah baiknya untuk melihat faktor psikologis pasar yang tercermin dari indikator teknikal untuk melihat arah pergerakan IHSG hari ini.
Analisis Teknikal
Foto: Putra
Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan kemarin, IHSG sejatinya berada di bawah level support kuatnya sejak awal 2022 di 6.623.
Level support selanjutnya untuk IHSG berada di level 6.600 dan jika jebol ke level ini, maka IHSG berpeluang terpelanting ke level 6.522.
Apabila melihat indikator Relative Strength Index (RSI), saat ini IHSG berada di area 47,74, masih belum menunjukkan level jenuh beli maupun jenuh jualnya. Namun tren menurun mengindikasikan adanya tekanan jual.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 tampak sudah memotong garis EMA 26.
Di sisi lain bar histogram indikator MACD mulai bergerak di area negatif. Ini bisa menjadi pertanda bahwa peluang pelemahan IHSG masih cenderung terbuka untuk perdagangan hari ini.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp)
Waspada, IHSG Masih Rawan Ambrol - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment