Rechercher dans ce blog

Sunday, December 5, 2021

Sentimen Omicron Masih Mengintai Pergerakan IHSG - Investor Daily

JAKARTA, investor.id – Sikap investor yang masih terus mencermati perkembangan varian baru Covid-19, Omicron, membuat laju indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pekan ini tertahan dan cenderung kembali melemah. IHSG akan bergerak pada rentang 6.460-6.645, dengan pilihan saham menarik di sektor perbankan dan telekomunikasi.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia Helen Vincentia mengatakan, pergerakan IHSG masih akan diwarnai oleh isu utama yaitu Omicron. Munculnya varian baru tersebut dan aksi pengetatan aktivitas dan pembatasan perjalanan di sejumlah negara menimbulkan kecemasan akan pemulihan ekonomi global.

”Masih ada potensi window dressing. Hanya memang ada sentimen negatif dari varian baru Covid, Omicron, yang masih belum jelas beritanya. Ada berita yang bilang lebih menular, ada berita bilang tidak mematikan karena sampai sekarang varian baru ini pasiennya berhasil sembuh. Kalau ada kejelasan yang positif misalnya, indeks bisa naik lagi,” katanya kepada Investor Daily, Minggu (5/12).

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga menilai pergerakan IHSG pekan ini akan kembali dipengaruhi oleh adanya sentimen Omicron. MNC Sekuritas memperkirakan pergerakan IHSG masih cenderung konsolidasi pada pekan ini. Dia menyarankan investor dapat mencermati level support di 6.480 dan resistance di 6.647.

Herditya merekomendasikan beberapa saham yang dapat diamati pada pekan ini antara lain PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dengan target harga Rp 3.600-4.000, PT Blue Bird Tbk (BIRD) Rp 1.650-1.700, PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) Rp 1.400-1.550, dan  PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) Rp 2.750-2.850.

Saat ini, sekitar 27 negara di seluruh dunia telah melaporkan infeksi Omicron. Jumlahnya sejauh ini kecil di luar Afrika Selatan, yang menghadapi peningkatan pesat dalam kasus Covid-19 dan varian baru mungkin menjadi dominan.

Namun, masih banyak yang belum jelas tentang Omicron, termasuk apakah itu lebih menular, seperti yang diduga oleh beberapa otoritas kesehatan, apakah itu membuat orang lebih sakit parah, atau apakah itu dapat menghindari perlindungan vaksin. Bila Covid-19 varian Omicron lebih menular, orang sakit lebih parah dari varian Delta dan menimbulkan rawat inap yang lebih banyak, berpotensi menimbulkan koreksi pasar keuangan yang lebih kuat dan dalam. Tetapi bila sakitnya tidak parah, maka pasar saham hanya koreksi terbatas.

”Kepastian Omicron sangat mempengaruhi pasar keuangan. Bila penyebaran varian Omicron cepat tetapi tidak menimbulkan sakit parah, maka pasar saham akan segera bangkit kembali. IHSG pekan ini berpeluang konsolidasi melemah di awal pekan sebelum menguat di akhir pekan dengan support di level 6.484-6.400 dan resistance di level 6.647-6.700,” kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee.

Dia menegaskan, Omicron kemungkinan akan lebih mudah menular, namun laporan awal menunjukkan bahwa varian itu kemungkinan kurang mematikan. Kondisi tersebut sesuai dengan pola evolusi virus yang diamati secara historis oleh ahli strategi Marko Kolanovic dan Bram Kaplan.

Situasi ini mungkin pada akhirnya akan menjadi positif bagi pasar aset berisiko karena bisa menandakan bahwa akhir pandemi sudah di depan mata. Omicron bisa menjadi katalis untuk menajamkan kurva imbal hasil, rotasi dari growth asset ke value, sebagai menerima manfaat dari aksi jual di Covid dan penguncian, serta reli ketika pembukaan kembali.

”Aksi jual di segmen baru-baru ini, sebagai peluang untuk membeli saat harga turun dalam cyclicals asset, komoditas, dan sektor yang diuntungkan pembukaan kembali, serta obligasi ketika imbal hasil yang lebih tinggi,” papar Hans.

Sentimen Tapering

Selain Omicron, ada beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ini. Misalnya, rilis data lapangan kerja USA (nofarm payrolls) yang menunjukkan terjadinya penguatan tetapi lebih rendah dari yang diharapkan. Data non-farm payrolls USA bulan November naik sebanyak 210.000 tetapi di bawah perkiraan bertambah sebesar 581.000.

Angka ini juga lebih rendah dari bulan Oktober di level 531.000. Persentase pengangguran turun menjadi 4,2% merupakan terendah sejak Februari 2020. Angka pengangguran ini lebih baik dari perkiraan 4,5 % Indeks sektor jasa AS periode November mencapai rekor tertinggi. Rilis data tersebut tampaknya mempengaruhi ekspektasi investor bahwa The Fed selanjutnya menuju ke kebijakan moneter ketat.

Laporan data pekerjaan tidak cukup untuk menghalangi Fed mempercepat tapering dan membuka pintu untuk kenaikan suku bunga yang lebih cepat daripada yang mungkin diantisipasi pasar. Beberapa minggu ke depan akan tetap bergejolak karena fokus ke arah rilis terbaru data inflasi AS, pertemuan FOMC The Fed 15 Desember dan kejelasan lebih lanjut tentang dampak varian Omicron.

“Potensi perubahan kebijakan bank sentral global yang di pimpin oleh The Fed tengah bulan ini menjadi salah satu katalis penting yang membuat pasar saham lebih berfluktuasi beberapa pekan ke depan,” ujar Hans.

Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily

Berita Terkait

Adblock test (Why?)


Sentimen Omicron Masih Mengintai Pergerakan IHSG - Investor Daily
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...