Rechercher dans ce blog

Wednesday, December 29, 2021

Dirut Mundur, Bukalapak Masih Rugi Rp 1,12 T - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama (Dirut) emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Muhammad Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri dari jabatannya. Merespons kabar pengunduran diri tersebut, harga saham BUKA ikut merosot ke zona merah pada lanjutan perdagangan hari ini, Rabu (29/12/2021).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 13.49 WIB, saham BUKA ambles 4,19% ke posisi Rp 412/saham, merupakan harga terendah sejak saham BUKA debut pada 6 Agustus 2021.

Praktis, harga saham BUKA sudah tergerus separuh dari harga saat penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp 850/saham.


Dengan ini, saham BUKA merosot 7,59% dalam sepekan dan ambles 18,82% dalam sebulan terakhir.

Nilai transaksi saham BUKA pada siang ini mencapai Rp 103,91 miliar dengan volume perdagangan 246,18 juta saham.

Seiring dengan merosotnya saham BUKA, investor asing melakukan aksi lego dengan nilai jual bersih Rp 1,17 miliar di pasar reguler.

Lantas, bagaimana sebenarnya dengan kondisi keuangan Bukalapak terakhir?

Mengenai kinerja keuangan teranyar, BUKA masih membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk (rugi bersih) senilai Rp 1,12 triliun pada periode September 2021 atau akhir kuartal III tahun ini.

Namun, kerugian bersih tersebut membaik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,39 triliun.

Mengacu laporan keuangan perusahaan sampai dengan sembilan bulan pertama ini, Bukalapak tercatat membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,34 triliun, naik 42,09% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 948,43 miliar.

Adapun, beban operasional perseroan pada periode September ini naik 4% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dikarenakan berbagai inisiatif baru yang diluncurkan oleh Bukalapak.

Kemudian, Bukalapak berhasil menekan kerugian Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA)-nya. Kerugian EBITDA pada September ini 15% lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Selanjutnya, dari sisi Total Processing Value (TPV) sampai dengan September ini tumbuh 45% menjadi Rp 87,9 triliun. TPV ini juga naik dari posisi kuartal ketiga yang tercatat naik 51% menjadi Rp 31,2 triliun.

Pertumbuhan TPV BUKA didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 25% dan kenaikan sebesar 21% pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang 9 bulan pertama di 2020 sampai dengan September 2021.

Sementara itu, terkait Mitra Bukalapak--yang diklaim sebagai penggerak utama pertumbuhan perseroan--di mana TPV Mitra pada September naik 179% menjadi Rp 40 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. ATV Mitra pada September 2021 tumbuh sebesar 63% dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

Bos BUKA Ingin Mengabdi untuk Negara

Diwartakan CNBC Indonesia sebelumnya, Rabu (29/12), alasan pengunduran diri Rachmat ternyata karena dia ingin menjadi bagian dari pemerintahan.

Pengunduran ini disampaikannya pada 28 Desember 2021 lalu.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan, nantinya pengunduran ini akan diproses dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.

"Pada tanggal 28 Desember 2021, Perseroan telah menerima surat permohonan pengunduran diri dari Muhammad Rachmat Kaimuddin selaku Direktur Utama Perseroan," tulis keterbukaan informasi tersebut, Rabu (29/12/2021).

Lebih lanjut, manajemen Bukalapak menyebutkan pengunduran ini dilakukan lantaran Rachmat berencana akan melakukan pengabdian negara dengan bekerja untuk pemerintah.

Kendati telah menyampaikan pernyataan pengunduran dirinya, hingga saat ini Rachmat masih memimpin perusahaan.

"Sampai saat ini, Rachmat Kaimuddin masih menduduki posisi sebagai Direktur Utama Bukalapak dan akan membantu proses transisi kepemimpinan di internal Bukalapak. Adapun Teddy Oetomo, Natalia Firmansyah, dan Willix Halim tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak," kata Perdana Arning Saputro, VP of Corporate Secretary Bukalapak, dalam keterangannya Kamis ini.

Untuk diketahui, Rachmat bukan hanya menjabat sebagai direksi di Bukalapak, namun dirinya juga merupakan salah satu pemegang saham perusahaan.

Menurut prospektus Bukalapak.com saat penawaran umum, Rachmat memiliki 0,13% atau 104.291.245 (104,29 juta) saham. Setelah pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO), persentase sahamnya jadi 0,10% kendati jumlahnya tetap.

Dia meraih gelar Bachelor of Science dari Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA, dan Master of Business Administration dari Stanford University, California, Amerika Serikat.


Sebelum bergabung dengan Bukalapak, dia menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) mulai 2018, dan sebagai anggota dewan komisaris pada bank yang sama, hingga diangkat sebagai direktur pada 2014.

Pernah menjabat Managing Director PT Cardig Air Services, Chief Financial Officer PT Bosowa Corporindo, Managing Director PT Semen Bosowa Maros, Vice President Baring Private Equity Asia, dan Principal di Quvat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]

(adf/adf)

Adblock test (Why?)


Dirut Mundur, Bukalapak Masih Rugi Rp 1,12 T - CNBC Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...