Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.
***
Oleh: Milka
Halo, Pa! Papa tahu nggak kenapa hidup itu akan selalu mengarah ke atas, ke sesuatu yang lebih baik? Karena namnya hid(UP) bukan hid(DOWN). Apa pun yang papa lakukan, pasti selalu berusaha membuat candaan mengenai hal tersebut, tapi sayang, papa sudah tidak bisa berbagi candaannya bersama denganku di sini.
Waktu masih di bangku TK, setiap malam pasti papa akan membeli sebuah puzzle kertas. Sebelum dikasih ke aku, pasti dia menyembunyikan di balik kaos dalamnya dan mengeluarkan puzzle itu, seolah-olah papa seorang pesulap. Aku juga tidak mau kalah, jadi aku terlihat sangat senang dan terkejut, padahal sebelumnya aku sudah menemukan puzzle itu dalam rak papa. Semoga kita berdua bukan terhitung sebagai penipu, ya, Pa.
Saat kelas 1 SD, saat pertama kali aku mengenal sistem peringkat di kelas. Peringkatku cuman peringkat 11, Pa. Akan tetapi, waktu ditanya sama orang tua yang lainnya, papa dengan tersenyum jawab, "Oh, anak saya peringkat 11! Keren'kan?" Nggak, Pa... Itu nggak keren, nggak bagus, dan papa lagi ngomong sama orang tua yang anaknya peringkat 1. Aku cuma bisa dapat peringkat segitu, bahkan di kelas selanjutnya pun aku nggak bisa dapat yang lebih. Sampai akhirnya, papa hanya bisa berbaring di kasur seharian dan nggak bisa ke mana-mana.
Ternyata papa pun tidak menyerah, papa masih mau bermain guru-guru-an denganku, aku mengajari papa matematika dan bahasa Inggris, ingat nggak, Pa? Padahal, papa sudah mengerti dan paham materi itu, tapi papa masih mengikuti permainan tersebut.
Aku ingat suatu hari, ketika aku pulang dari sekolah, aku mendapat kabar kalau papa harus masuk rumah sakit. Lalu, aku mengecek kamar dan ternyata memang kosong, tapi aku menemukan buku pelajaran kita.
Meski Kebersamaan Kita Singkat, Terima Kasih untuk Semuanya
Papa memang tidak pernah berhenti membuat orang terkejut, ya. Padahal itu tuh cuman permainan, tapi papa masih menyempatkan waktu untuk mengerjakan sesuatu hal yang aku jadikan PR, padahal PR-nya juga tidak penting dan aneh banget. Itu adalah, pertama kalinya aku mengucurkan air mata yang aku nggak paham karena terharu atau kesal sama papa.
Semua tidak berlangsung lama, papa harus pergi dirawat selama 1 tahun penuh, hingga akhirnya pergi untuk selamanya. Sampai sekarang pun aku masih berusaha mengingat semua hal tentang papa, telepon terakhir papa itu 3 hari sebelum papa pergi, dan papa bilang, "Kalau papa meninggal...." siapa sih yang nggak nangis, Pa? Masih sempat juga keinget sama pulsa, papa bilang di akhir telepon, "Udah dulu, ya, Nak. Nanti pulsa papa habis." Sepertinya memang aku anak papa, kalau dalam situasi itu pun, aku akan ngomong hal yang sama, Pa.
Oh, iya, Pa... Organ yang biasanya papa mainkan, tidak ada lagi yang main, hingga akhirnya rusak ditelan banjir. Maaf, ya, Pa, sepertinya bakatku bukan dalam musik. Aku tahu, papa nggak akan maksa juga, kalau papa masih ada.
Aku sekarang masih senang menggambar seperti dulu, tapi hanya sebagai hobi, Pa. Aku juga masih slengean, tapi papa nggak perlu nyariin aku lagi'kan, mama juga lebih memilih untuk nggak nyari karena udah capek.
Aku nggak tahu mau ngomong apa lagi, Pa, yang pasti aku sudah hid(UP) seperti di awal tulisan ini. Aku sudah nggak hidup terlarut dalam kesedihan kehilangan papa, atau sosok Ayah. Aku sudah bisa berdiri di atas kedua kakiku, dan membela diriku, bukan anak perempuan yang berlindung dalam bayangan ayahnya.
Terima kasih, Pa, sudah menjadi ayahku dalam waktu yang singkat ini. Semoga aku sudah menjadi anak yang baik, dan maaf sudah merepotkan papa saat itu.
#ElevateWomen
Di Balik Singkatnya Kebersamaan, Selalu Ada Kenangan yang Tak Terlupakan - Fimela.com
Read More
No comments:
Post a Comment