Rechercher dans ce blog

Wednesday, November 17, 2021

Sektor Telko Sangat Prospektif, Saham Link Net Masih Undervalue - Investor Daily

JAKARTA, investor.id - Saham sektor telekomunikasi (telko) termasuk di antara sektor-sektor yang sangat prospektif dan paling direkomendasikan para analis. Di sektor ini, saham PT Link Net Tbk (LINK) tercatat sebagai saham paling murah dengan valuasi masih di bawah fundamentalnya (undervalue).

Saham LINK saat ini memiliki price to earning ratio (PER) sekitar 12 kali dibanding PER industri 20-22 kali. Harga wajar saham LINK berada di level Rp 5.000-5.600 dibanding harga penutupan perdagangan terakhir di posisi Rp 4.090.

Hal itu terungkap dalam wawancara Investor Daily dengan Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan, analis RHB Sekuritas Michael Setjoadi, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana, dan analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana. Mereka dihubungi secara terpisah di Jakarta, Rabu (17/11).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham LINK pada perdagangan Rabu (17/11) ditutup menguat 30 poin (0,7%) ke level Rp 4.090 dengan kapitalisasi pasar (market cap) Rp 11,7 triliun.

Pada harga tersebut, LINK memiliki PER 12,57 kali (annualized 2021) dengan return on asset (RoA) 10,99%, return on equity (RoE) 18,67%, price to book value (PBV) 2,32 kali, dan earning per share (EPS) Rp 325,36.

Dalam sepekan dan sebulan terakhir, saham LINK masing-masing naik 2,3%, sedangkan selama tahun berjalan (year to date/ytd) melonjak 69,7% dan dalam setahun melejit 82,6%.

Kinerja saham Link Net
Kinerja saham Link Net

Makin Cemerlang

Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan memperkirakan kinerja saham Link Net bakal semakin cemerlang. Link Net bergerak di bidang penyelenggaraan jaringan tetap berbasis kabel, penyelenggaraan jasa multimedia, jasa akses internet, serta jasa konsultasi manajemen bisnis.

Alfred mengungkapkan, secara bisnis, Link Net berada di sektor telekomunikasi yang memiliki pertumbuhan historis. Ke depan, sektor telko diprediksi tetap tumbuh pesat. Dari sisi performa historis perusahaan pun, Link Net sangat konsisten dan memiliki pertumbuhan yang stabil. Alhasil, kondisi sektor yang baik tersebut sejalan (inline) dengan performa perusahaan.

“Kami optimistis pertumbuhan sektor telekomunikasi ke depan, khususnya konsumsi internet, akan terefleksi pada performa perusahaan dan harga sahamnya,” kata dia.

Dari sisi harga, menurut Alfred Nainggolan, valuasi saham LINK masih sangat atraktif, baik dibandingkan valuasi pasar secara keseluruhan maupun valuasi emiten di sektornya. “Dengan annualized PER 12 kali, saham LINK menjadi saham dengan valuasi termurah di sektornya,” ujar dia.

Dia menjelaskan, dengan prospek pertumbuhan sektor telekomunikasi yang masih tinggi ke depan, PER pada rentang 12-14 kali atau Rp 4.000-4.620 masih layak untuk LINK. “Paling-paling yang perlu diwaspadai dalam jangka pendek adalah tren koreksi. Soalnya, secara year to date, saham LINK sudah naik 70%,” tutur dia.

Alfred menambahkan, secara sektoral, rata-rata PER sektor telekomunikasi berada di kisaran 20-22 kali. Dengan PER sekitar 12 kali saat ini, LINK memiliki PER sangat rendah. “Jadi, PER LINK masih undervalue,” tandas Alfred.

Harga Wajar Rp 5.600

Analis RHB Sekuritas, Michael Setjoadi juga mengakui, saham LINK masih undervalue. ”Saham LINK masih undervalue, tapi bisa ke Rp 5.000-5.600 karena prospek usaha cerah dan penetrasinya masih rendah. Apalagi pelanggannya terus berkembang dan banyak growth potential karena industrinya masih mengalami penetrasi,” papar dia.

Selain itu, kata Michael, Link Net punya laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang premium dan menempati posisi nomor dua terbesar di jajaran operator fixed broadband di Indonesia.

“Harga saham LINK masih sangat atraktif dan punya harga wajar di level Rp 5.600 dalam jangka pendek dengan proyeksi EBITDA tumbuh 10%-an,” ujar dia.

Di sisi lain, Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana menilai, sebagai penyedia internet dan TV berbayar, Link Net punya prospek bisnis cerah, mengingat pengguna internet di Indonesia akan terus meningkat karena kebutuhannya sangat besar.

Hal itu, menurut Wawan, tercermin pada laporan keuangan terakhir Juni 2021, di mana penjualan dan pendapatan Link Net meningkat dibanding tahun sebelumnya. “Dengan proyeksi pendapatan Link Net bisa naik 10% tahun depan, target harga saham LINK berkisar Rp 4.400-4.500,” ucap dia.

Wawan Hendrayana mengemukakan, industri subsektor telko rata-rata memiliki PER 20 kali, sedangkan Link Net hanya sekitar 12 kali. Dengan demikian, valuasi saham LINK lebih murah dari pasar.

PER saham sektor telko
PER saham sektor telko

Menuju Rp 4.540

Sementara itu, analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, secara teknikal, posisi saham LINK masih tertahan oleh MA60 seiring pergerakan MACD dan Stochastic yang sudah cenderung menukik.

“Untuk target price, selama tidak break dari support krusialnya di posisi Rp 3.580, LINK berpeluang menuju level Rp 4.310-4.540,” tutur dia.

Berdasarkan laporan keuangan Link Net, pendapatan perseroan hingga semester I-2021 tumbuh 11,7% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 2,15 triliun, dengan kenaikan laba bersih sebesar 3,4% menjadi Rp 472 miliar. Pendapatan rata-rata per pengguna (average revenue per user/ARPU) tetap tinggi sebesar Rp 351 ribu.

Seiring itu, EBITDA Link Net tumbuh 17,1% (yoy) menjadi Rp 1,24 triliun. Pada Januari-September 2021, Link Net telah menambahkan total sekitar 21.000 pelanggan baru, sehingga kini memiliki total basis pelanggan mencapai 861.000.

Anak usaha PT First Media Tbk (KBLV) itu menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 500 miliar hingga Rp 2,5 triliun pada 2021. Sebagian besar capex akan digunakan untuk meneruskan proyek migrasi jaringan dari tiang listrik ICON+ milik PT PLN (Persero) ke tiang milik sendiri.

Selain itu, Link Net akan menggunakan capex untuk menambah 100.000 home passes ke dalam jaringannya. Perseroan saat ini memiliki jaringan di 23 kota dan akan melakukan ekspansi jaringan ke kota lain jika muncul peluang yang tepat.

Kota yang sudah dijangkau Link Net di antaranya Jabodetabek, Serang, Cilegon, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Yogyakarta, Tegal, Surabaya, Gresik, Kediri, Sidoarjo, Malang, dan Bali.

Link Net juga berencana menambah 150.000 home passes dan memigrasi 100.000 tiang pada 2022. Tahun lalu, Link Net memigrasi 65.100 tiang dan sudah menjangkau 2,68 juta home passes per akhir 2020.

Direktur Fitch Ratings Indonesia Olly Prayudi menilai persaingan di pasar fixed broadband lebih rasional mengingat adanya adopsi layanan broadband berkecepatan tinggi. Link Net merupakan penyedia layanan internet berkecepatan tinggi terbesar kedua di Indonesia setelah Telkom.

“Link Net fokus pada rumah tangga makmur di daerah berpenghasilan tinggi, seperti Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung. Strategi ini berkontribusi pada penetapan harga premium dan margin EBITDA yang kuat,” papar dia. 

Editor : Abdul Aziz (abdul_aziz@investor.co.id)

Sumber : Investor Daily

Adblock test (Why?)


Sektor Telko Sangat Prospektif, Saham Link Net Masih Undervalue - Investor Daily
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...