KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ekspor komoditas yang meningkat, peluang adanya kebutuhan alat berat untuk mendukung produksi komoditas pun semakin besar. Hanya saja, beberapa multifinance mengaku masih belum agresif untuk memberikan pembiayaan baru di sektor tersebut.
Peluang pembiayaan alat berat pun juga terbukti dengan adanya pertumbuhan penjualan unit alat berat hingga Agustus kemarin. Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) mencatat ada pertumbuhan penjualan unit alat berat hingga 99% yoy menjadi 8821 unit.
“Kenaikan nilai ekspor komoditas yang meningkat diharapkan akan berdampak pada kenaikan permintaan pembiayaan untuk objek alat-alat berat sebagai pendukung kegiatan produksi komoditas yang berorientasi ekspor,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK Riswinandi Idris beberapa waktu lalu.
Meski dinilai ada peluang, tampaknya perusahaan multifinance masih berhati-hati dalam memberikan pembiayaan alat berat. Terbukti, data OJK di bulan Agustus menunjukkan bahwa pembiayaan alat berat masih terkontraksi 12,69% yoy menjadi Rp 27 triliun.
Direktur Mandiri Tunas Finance (MTF) William Francis pun bilang bahwa saat ini pihaknya masih menemui tantangan di sektor ini mengingat masih ada nasabah yang terdampak pandemi. Oleh karenanya, MTF pun masih sangat selektif dalam memberikan pembiayaan baru alat berat.
Baca Juga: Insentif Pajak Menyelamatkan Industri Multifinance
Meskipun selektif, MTF masih mampu mencatatkan kinerja bagus di sektor ini mengingat ada pertumbuhan untuk penyaluran kredit yang naik 53% yoy menjadi sebesar Rp 850 miliar. Capaian tersebut ??menyumbang 28% dari total portfolio di MTF.
“Tahun depan, kami proyeksikan masih akan naik sebesar 15% sesuai dengan proyeksinya HINABI dibantu dengan mulai bergairahnya bisnis di kelapa sawit, konstruksi, dan pertambangan,’ ujar William.
Hampir sama, Indomobil Finance pun juga mengaku tidak agresif mencari debitur baru dalam menjalani bisnis pembiayaan alat berat. CEO Indomobil Finance Gunawan Effendi bilang saat ini pihaknya hanya fokus kepada existing debitur yang sudah dikenal dan teruji track record pembayaran sewa pembiayaannya.
“Ini sebagai implementasi manajemen risiko mengingat masa pandemi dan antisipasi volatilitas bisnis debitur yang kebanyakan di bidang eksplorasi tambang,” ujarnya.
Ke depan, ia pun masih akan memantau pemulihan kesehatan dan melihat kebutuhan alat berat serta perkembangan bisnis terlebih dahulu sebelum kembali agresif menyalurkan pembiayaan di sektor
tersebut.
Sementara itu, perusahaan multifinance Astra Group yang berfokus pada pembiayaan alat berat masih mengalami pertumbuhan pembiayaan hingga 46% menjadi Rp2,7 triliun pada semester satu lalu. Hanya saja, kontribusi laba bersih dari bisnis ini menurun 20% menjadi Rp28 miliar.
“Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan portofolio pembiayaan,” ujar Djony Bunarto Tjondro sebagai Presiden Direktur Astra International.
Multifinance masih belum agresif memberikan pembiayaan baru di sektor alat berat - Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment