KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai membuat simpanan nasabah kaya semakin menebal baik di perbankan maupun di pasar modal. Maklum, pengetatan mobilitas telah menghambat konsumsi masyarakat.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatatkan simpanan tier dengan saldo di atas Rp 5 miliar tumbuh paling tinggi, naik 14,8% yoy menjadi Rp 3.488 triliun di Juli 2021. Jumlah rekeningnya pun naik 8,3% yoy menjadi 113.856 entitas.
Simpanan nasabah super tajir ini berkontribusi 49,6% terhadap nilai total dana pihak ketiga (DPK) perbankan.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melihat hal ini terjadi karena nasabah belum bisa melakukan ekspansi bisnis dengan maksimal akibat kondisi covid-19 yang belum stabil. Ini mendorong nasabah menempatkan dananya pada produk simpanan.
“Walaupun di sisi lain, di BNI kami juga melihat bertambahnya jumlah nasabah kaya selain dr peningkatan dana kelolaan. Pertumbuhan nasabah Emerald cukup merata di semua tier, naik 7% yoy dengan total dana kelolaan Emerald pun tumbuh sebesar 6% yoy,” ujar General Manager Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia kepada Kontan.co.id, Senin (6/9).
Baca Juga: Simpanan nasabah pada Juli stabil, LPS sebut dunia usaha berekspansi kembali
Data BNI menunjukkan nasabah kaya tersebut bukan hanya dari nasabah baru, tetapi banyak naik kelas dari nasabah regular. Hal ini menunjukkan ada peluang dari beberapa sektor untuk bertumbuh dan menciptakan nasabah tajir di tengah pandemi.
Henny bilang dana simpanan nasabah dominan di tabungan yang tumbuh 18% yoy Juli 2021. Diikuti, dana kelolaan produk investasi yang melesat 18% yoy. Sementara deposito sedikit berkurang tren suku bunga rendah, sehingga nasabah mencari alternatif instrumen lainnya.
Ia memproyeksi pertumbuhan dana nasabah hingga akhir tahun masih akan terus bertumbuh. Lantaran, nasabah masih belum terlalu agresif melakukan ekspansi bisnis.
Lain halnya dengan nasabah tajir di Commonwealth Bank yang mulai agresif memindahkan dana dari deposito ke produk investasi seperti reksadana dan obligasi. Chief of Retail & SME Business Commonwealth Bank Ivan Jaya bilang seiring dengan membaiknya penanganan Covid-19 dan rencana tapering dari bank sentral Amerika Serikat yang melunak alias dovish.
“Di tengah likuiditas yang cukup tinggi ini dan suku bunga acuan yang berada dalam level yang rendah, tingkat suku bunga deposito juga mengikuti turunnya suku bunga acuan. Hal tersebut membuat para nasabah memilih untuk menyimpan dananya pada produk investasi yang menawarkan imbal hasil lebih menarik,” jelas Ivan.
Ia memperkirakan kondisi suku bunga simpanan landai, masih akan bertahan hingga akhir tahun. Ia optimis pertumbuhan simpanan di atas Rp 5 miliar masih akan tumbuh, namun ada nasabah yang ingin mendapatkan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan tabungan dan deposito melalui instrumen investasi lain.
“Ataupun dengan membaiknya mobilitas seiring dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang makin tinggi dimana diharapkan banyak nasabah mulai melakukan ekspansi bisnis. Sejauh ini belum ada tanda-tanda perubahan suku bunga acuan yang lebih tinggi,” paparnya.
Ia menyebut likuiditas di perbankan juga masih berlimpah dan belum ada urgensi untuk menaikkan suku bunga simpanan Bank untuk saat ini. Meski demikian, ia berharap terjadi peningkatan volume dan nilai dana kelolaan nasabah tajir pada paruh kedua tahun ini.
Direktur Bank Central Asia Vera Eve Lim menyatakan simpanan di atas Rp 5 miliar tumbuh 18,3% yoy per Juni 2021. Pada periode yang sama, kinerja DPK naik 17,5% yoy menjadi Rp 895,2 triliun.
Baca Juga: Mengintip prospek fundamental bank digital di Tanah Air
DPK ini di dukungan dana murah atau CASA naik 21,0% yoy menjadi Rp 697,1 triliun. Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan nilai transaksi, basis nasabah yang semakin besar, serta penguatan dan perluasan ekosistem pelayanan bersama para mitra bisnis bank.
Ekonom dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menyatakan nasabah dengan tier di atas Rp 5 miliar tidak hanya dari nasabah perorangan. Namun, umumnya juga ada dari segmen korporasi dan lembaga.
“Di tengah pandemi sekarang ini, minat konsumsi rumah tangga dan aktivitas produksi serta investasi korporasi menurun. Maka pendapatan individu dan korporasi sebagian besar ditabungkan kembali. Kemudian, terakumulasi sebagai kenaikan tabungan di perbankan,” ujar Piter.
Ia kondisi ini tak akan selamanya bertahan. Seiring dengan terkontrolnya kasus terkonfirmasi Covid-19, konsumsi menggeliat, serta aktivitas produksi dan investasi meningkat, Piter menilai tabungan di atas Rp 5 miliar akan mulai turun.
Simpanan dan investasi nasabah kaya makin menumpuk di bank, konsumsi masih tersendat? - Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment