Rechercher dans ce blog

Monday, September 20, 2021

Pejuang Skripsi Tidak Cuman Ngetik Tapi Ada Proses Mental - Kompasiana.com - Kompasiana.com

Siapa yang dulu mengira orang yang ngeluh sama skripsi itu lebay?

Saya...

Sekarang saya paham kenapa dark jokes tentang skripsian masih menjadi bahasan banyak orang. Karena skripsian itu salah satu tantangan terbesar dalam hidup. Kalau dalam games, ibaratnya kamu lagi melawan boss-nya di level sebagai mahasiswa, barulah kamu bisa naik ke level selanjutnya di jenjang karir.

Let me know, kamu golongan yang mana, yang cepat lulus? atau yang telat lulus?

Siapapun kamu mungkin bisa relate yang namanya lika liku penulisan skripsi.

Cerita dimulai dari saat saya masih menjadi mahasiswa yang tepat waktu mengumpulkan tugas, tugas yang dikumpulkan haruslah sempurna, dan kalau ujian mesti belajar dulu dan tipe menulis yang panjang dalam jawaban esai. Tapi, saat skripsian saya terperangkap selama 11 semester di kampus. Jika rata-rata mahasiswa jurusan saya mulai skripsian di semester 7, maka saya telah terperangkap selama 4 semester untuk menuntaskan skripsi tersebut.

Kesalahan pertama saya adalah berpikir bahwa skripsi mahasiswa soshum lebih mudah dilakukan daripada mahasiswa mipa. Bahkan dengan santai saya katakan pada orang tua "tenang mah, skripsi soshum gampang, bakalan sebentar kok ma". Petir menyambar kutukan datang. Saya malah menghadapi situasi yang sebaliknya. Mudah? Untuk lulus dan dapat gelar yang bakalan digandeng seumur hidup ga mukin mudah, ga mungkin segampang itu. Di situlah yang namanya perjuangan itu diuji.

Ternyata membuat satu paragraf skripsi pun itu sulit bagi saya. Mengapa? jawaban itu saya sadari ketika prokratinasi atau tunda-menunda sudah mulai menjangkiti saya. Jawaban pertama adalah saya sadar setiap kalimat yang saya tulis mengandung pertanggung jawaban. Ga sekedar ketik dan mengarang, tapi ada ide pokok yang harus disampaikan. Lalu, kendalanya apalagi yang ingin saya sampaikan, jadilah saya membutuhkan waktu untuk mencari ide pokok dari tulisan yang saya garap.

Jawaban kedua adalah banyak ketakutan akan kesalahan. Ketakutan ini akhirnya menjadi beban tersendiri bagi saya, karena membuat saya menulis lalu menghapus lalu menulis dan begitu seterusnya. Kalimat ajaib yang keluar dari teman saya saat saya curhat adalah "alaah tulis aja dulu, nanti bakal direvisi juga". Benar, tapi saya ingin sekali beri yang terbaik dalam tulisan saya. Lalu dia melanjutkan "udahlaah ga usah jadi perfeksionis, bakalan jadi beban". Benar, ternyata ketakutan itu berasal dari perasaan yang perfeksionis dan takut akan penolakan. Padahal sebagai penulis peneliti kita masih banyak pemakluman dari pihak kampus, tapi saya aja yang ingin sempurna dan terlihat sempurna. Pada akhirnya saya dihukum oleh diri sendiri.

Kedua perasaan yang muncul itu terakumulasi jadi sesuatu yang tidak menyenangkan, dan respon otak kita adalah "Uh, ga mood ngerjain skripsi, cari mood dulu deh". Lingkaran prokratinasi pun mulai terbentuk. Kamu sudah tertipu oleh alibi mood. Sebenarnya itu adalah bentuk pertahanan diri kita yang tidak ingin menghadapi sesuatu yang kita anggap tidak menyenangkan dan malah mencari sesuatu yang membuat otak banyak memproduksi dopamin (hormon yang membuat kita merasakan senang). Ketika kita kira sudah mood, lalu mulai menulis, ternyata kecemasan itu datang lagi, mood turun lagi, lalu cari alibi untuk bikin mood lagi. Begitulah pertengkaran saya dengan diri saya, seperti lingkaran setan yang tak henti-henti.

Saat kita tau hal itu hanya merugikan tapi kita tetap lakukan dan mengorbankan hal yang lebih penting, itu sama saja mengumpulkan rasa frustrasi. Setiap hari saya menghadapi hal itu. Saya ingin mengerjakan skripsi, tapi saya belum sudah berperang dengan diri saya yang entah takut, overthingking dengan tulisan saya, yang overthingking sama dosen, yang overthingking sama teman-teman yang pamer disosmed. The all of overthingking jadi beban mental bagi saya, jadinya perang semakin meluas.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Lihat Semua Komentar (0)
VIDEO PILIHAN

Adblock test (Why?)


Pejuang Skripsi Tidak Cuman Ngetik Tapi Ada Proses Mental - Kompasiana.com - Kompasiana.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Problema Rangkap Dilema! Andis DOS Setuju Nitro Cuman Dikelas FFA, yang Lain Gimana Nih ? - Otoinfo.id

Otoinfo- Pada musim balap dragbike 2023, Pro dan Kontra penggunaan bahan bakar ‘Nitro’ begitu santer dibicarakan. Beberapa mekanik ju...