Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih terus berlari kencang meski sudah menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) dalam 2 hari terakhir. Dolar AS yang masih menanti rilis data tenaga kerja membuat rupiah kini menuju penguatan 3 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,11% di Rp 14.250/US$. Level tersebut merupakan yang terkuat sejak 5 Agustus lalu. Penguatan rupiah sedikit terpangkas, berada di Rp 14.255/US$ atau menguat 0,07% pada pukul 9:15 WIB.
Dolar AS yang masih mengalami tekanan membuat rupiah leluasa menguat, apalagi ditopang sentimen positif dari dalam negeri. Pernyataan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, yang mengindikasikan tapering di tahun ini tetapi suku bunga bisa ditahan lebih lama, membuat dolar AS tertekan.
Kemarin. indeks dolar AS sempat merosot hingga 0,27% yang membuat rupiah menguat tajam. Tetapi memasuki perdagangan sesi New York, indeks yang dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS tersebut berhasil memangkas pelemahan hingga tersisa 0,03% saja.
Sementara pada perdagangan pagi ini, indeks dolar AS menguat 0,11%, yang bisa jadi meredam penguatan rupiah.
"Pasar masih mencerna pernyataan Powell terkait tapering, dan anda bisa melihat pasar sedikit bingung melihat yield Treasury yang tidak naik. Ke depannya akan tergantung data inflasi dan tenaga kerja," kata Edward Moya, analis pasar di OANDA New York, sebagaimana dilansir CNBC International Senin (30/8/2021).
Seperti diungkapkan Moya pasar kini menanti rilis data tenaga kerja yang merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter.
Data tenaga kerja AS terdiri dari non-farm payrolls (NFP) atau penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian, yang diperkirakan sebanyak 750.000 orang di bulan Agustus. Kemudian tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%. Selain itu ada juga rata-rata upah per jam.
Data tersebut akan dirilis pada Jumat pekan ini.
Sementara dari dalam negeri dari dalam negeri, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia masih mengalami kontraksi di bulan Agustus, meski membaik dari bulan sebelumnya. Angka PMI bulan Agustus dilaporkan sebesar 43,7 dari sebelumnya 40,1.
Di bulan ini ada peluang PMI manufaktur akan semakin membaik, dan tidak menutup kemungkinan terjadi ekspansi, sebab Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah kembali dilonggarkan, dan beberapa wilayah turun ke level 3. Beberapa sektor sejak 2 pekan lalu juga sudah diizinkan work from office (WFO) 100%, tentunya dengan syarat dan protokol kesehatan ketat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
Sudah Melesat 1% Lebih, Rupiah Masih Belum Kendor! - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment