Jakarta, Beritasatu.com - Meskipun kasus harian Covid-19 sudah menunjukan adanya penurunan berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan terutama sepekan terakhir, namun epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan Indonesia masih dalam kondisi krisis pandemi Covid-19.
“Indonesia masih dalam masa krisis (pandemi). Varian Delta periode krisis itu rata-rata 10-12 minggu. Kalau kita hitung untuk Jawa-Bali, akhir September merupakan akhir dari masa krisis itu, dan bisa sampaikan dengan catatan kita juga melakukan penguatan respons 3T, 5M dan vaksinasi,” kata Dicky saat dihubungi Beritasatu.com, Minggu (29/8/2021).
Sebagaimana dilaporkan Kementerian Kesehatan, angka kasus Covid-19 terus mengalami penurunan seiring dengan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Dalam dua hari terakhir, penurunan kasus cukup signifikan. Pada Sabtu (28/8/2021) tercatat kasus positif hanya bertambah 10.050, kasus kematian 591, dan positivity rate 9,63% atau turun di bawah 10%.
Demikian juga pada hari ini, kasus positif Covid-19 di Indonesia hanya bertambah 7.427 atau sudah turun hingga di bawah angka 10.000. Demikian juga angka kematian menurun atau hari ini sebanyak 551 orang dan positivity rate harian juga turun 8,03%.
Sebelumnya sejak Juli hingga minggu kedua Agustus, kasus positif rata-rata di atas 20.000-an kasus per hari, bahkan pernah mencapai rekor tertinggi pada 15 Juli 2021 yang mencapai 56.757 kasus. Demikian juga angka kematian mencapai di atas 1.000 orang per hari, dan rekor tertinggi pernah terjadi pada 27 Juli 2021 sebanyak 2.069 orang meninggal dunia.
Dicky mengatakan, melihat pada data laporan harian Kementerian Kesehatan tersebut memang terkesan ada penurunan. Namun data tersebut, katanya, masih berbeda dengan yang disajikan di situs pemerintah daerah (pemda).
“Misalnya, per 27 Agustus 2021, di pemda itu ada masih 12.000-an kasus dan kasus infeksi kematian masih di atas 1.000,” ucapnya.
Dicky juga mengatakan, meskipun saat ini angka positivity rate menurun, tetapi hal tersebut belum stabil. Menurut Dicky, hasil positivity rate harus dilihat dari penurunan selama 2 minggu berturut-turut, baru kemudian bisa diklaim ada penurunan kasus. Apalagi, tambahnya, saat ini menurunnya positivity rate karena jumlah testing yang juga mengalami penurunan.
“Saat ini masih naik turun, sebagai contoh pada 24 Agustus 2021 masih 15% positivity rate dan 25 Agustus masih 12% dan 26 Agustus masih 13%. Kita tahu testing harian juga menurun misalnya tanggal 24 hanya 123.000 dan 25 Agustus 146.000 dan 26 Agustus turun lagi menjadi 128.000,” ucapnya.
Selanjutnya, Dicky menyebutkan, pola intervensi pada orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, kemudian di-tracing masih belum 90% memenuhi standar yang telah ditargetkan oleh pemerintah. Bahkan di Pulau Jawa hanya 5 kabupaten/kota bisa memenuhi target.
“Nah ini artinya masih ada titik lemah yang harus perbaiki,” ucapnya.
Menurut Dicky, hingga saat ini penanganan kasus Covid-19 mengalami perbaikan hanya terlihat hanya pada program vaksinasi. Sementara untuk program 3T (testing, tracing, dan treatment) masih belum ada perbaikan.
“3T ini belum lebih baik. Padahal 3T penting dan utama. Itulah sebabnya harus diperkuat dengan menemukan kasus. Bahkan meski tidak ada testing, tidak masalah asal orang itu ditemukan dan diisolasi atau dikaratina termasuk dilakukan pelacakan. Itu yang harus dilakukan,”pungkasnya.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: BeritaSatu.com
Epidemiolog Sebut Indonesia Masih Krisis Pandemi Covid-19 - BeritaSatu
Read More
No comments:
Post a Comment