KOMPAS.com - Memasuki akhir Mei hingga awal Juni, umumnya Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Namun sudah hampir akhir bulan Juni, hujan dengan intensitas cukup tinggi mengguyur banyak wilayah di Indonesia. Kok bisa?
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), melihat perkembangan musim kemarau saat ini 56 persen wilayah Indonesia seharusnya sudah memasuki musim kemarau.
Di antaranya di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, sebagian Wilayah Jawa, Sumatera bagian Selatan, Aceh, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dan Papua.
Baca juga: Sampai Kapan Hujan di Musim Kemarau akan Berlangsung?
Namun, terkait hujan di sebagian wilayah di awal musim kemarau ini, Prakirawan BMKG Gumilang Derandyan mengatakan, perlu diketahui bahwa di Indonesia sendiri terdapat tiga tipe pola hujan.
Ketiga tipe pola hujan tersebut yakni Monsun, Equatorial dan Lokal. Pola hujan tipe Monsun bulan Juni berada pada periode musim kemarau.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Sedangkan, pada tipe Ekuatorial dan Lokal, pada bulan Juni ini berada pada periode musim hujan.
"Sehingga wilayah Indonesia yang (berada) dekat ekuator dan (wilayah) timur Indonesia masih terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," kata Gumilang seperti dikutip Kompas.com melalui kanal YouTube resmi BMKG.
Adapun, prediksi hujan bulanan pada bulan Juni 2021 ini menunjukkan bahwa di sebagian besar wilayah Indonesia bagian Timur seperti wilayah sebagian Papua, sebagian kecil Sulawesi masih berpotensi terjadi hujan sebesar 300-500 mm per bulan.
Baca juga: Malam Ini Puncak Hujan Meteor Bootid, Begini Cara Menyaksikannya!
Dijelaskan Gumilang, setidaknya beberapa faktor penyebab hujan di musim kemarau di sebagian wilayah di Indonesia pada tahun 2021 ini, antara lain sebagai berikut:
- Suplai basah
Berdasarkan pengamatan nilai Indeks Indian Dipole menunjukkan bahwa 2 minggu terakhir yaitu pada awal bulan Juni 2021, indeks tersebut bernilai negatif sedang.
Hal ini mengindikasikan suplai uap air basah dari Samudra Hindia memengaruhi pembentukan awan konvektif, khususnya di pesisir barat Sumatera dan Jawa bagian barat untuk beberapa minggu ke depan.
- Anomali suhu muka laut
Berikutnya adalah anomali suhu muka laut pada bulan Juni 2021, yang diprediksi pada kondisi netral dan mulai bernilai positif pada bulan Juli 2021.
Meski demikian, anomali suhu muka laut yang bernilai positif pada Juli 2021 masih berada di sekitar wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua.
"Sehingga probabilitas pertumbuhan awan hujan masih cenderung besar di wilayah tersebut," kata dia.
Baca juga: Penjelasan BMKG dan Lapan soal Hujan yang Masih Turun di Musim Kemarau
- Aktivitas gelombang ekuator
Faktor ketiga adalah adanya aktivitas gelombang ekuator yang diperkirakan masih aktif di wilayah utara dan tengah Indonesia selama akhir pekan lalu.
Hal ini menyebabkan pembentukan pola tekanan rendah, perlambatan kecepatan angin dan konvektif kuat yang mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua Barat.
Kemudian, aktivitas gelombang ekuator akan menurun di akhir bulan Juni, sehingga menurunkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
- Dominasi angin timuran
Dominasi angin timuran yang menunjukkan bahwa saat ini di wilayah Indonesia tengah memasuki musim kemarau. Terutama di sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Diprakirakan dalam sepekan terakhir, angin timur masih akan mendominasi Monsun Australia yang cukup signifikan hingga pekan ini.
"Hal ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian selatan menjadi rendah," ujar Gumilang.
(Penulis: Ellyvon Pranita | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)
Sudah Masuk Musim Kemarau tapi Hujan Masih Turun, Kok Bisa? - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More
No comments:
Post a Comment